Jakarta: Direktur Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) Abdul Ghopur menulis buku bertajuk 'Ironi Demokrasi, Menyibak Tabir dan Menggali Makna Tersembunyi Demokrasi'. Ghopur menyebut karyanya itu berisi kritik untuk pemaknaan demokrasi di Tanah Air.
Menurutnya, implementasi demokrasi di Indonesia masih bersifat simbolis dan formal legalistik. "Masih berkutat pada demokrasi yang amat prosedural," ujar dia saat peluncuran buku di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta Pusat, Kamis, 16 Mei 2019.
Menurutnya, demokrasi di Indonesia belum menyentuh akar. Model ini dikatakannya belum menemukan pemaknaan yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan demokrasi itu sendiri.
Dalam buku ini, Ghopur ingin mengupas perihal demokrasi Indonesia yang dinilainya mundur ke belakang secara substansial. Salah satu yang dibahas yakni bagaimana seharusnya demokrasi Indonesia dibentuk.
Misalnya dengan mengacu dan mendasarkan demokrasi pada nilai-nilai luhur bangsa. Sebab hal itu merupakan cita-cita bersama Indonesia sejak pertama berdaulat. "Itulah salah satu contoh bagaimana bangsa kita berdemokrasi yang mengedepankan asas musyawarah-mufakat, kebersamaan dan keutuhan bangsa," ujar Ghopur.
Ia lebih lanjut menyayangkan bagiamana demokrasi dewasa ini yang mengutamakan kekuatan. Dominasi, egoisme dan hal lain itu malah merusak citra demokrasi.
Harusnya, kata dia, demokrasi Indonesia tak ditempuh dengan cara demikian. Mengingat budaya timur yang penuh sopan santun dan musyawarah serta mufakat, juga perlu dikedepankan.
"Serta dengan pikiran yang jernih, hati yang ikhlas, dada yang lapang serta menerima dengan pikiran terbuka dan jiwa yang besar," ujar dia.
Beberapa tokoh menghadiri peluncuran buku Ironi Demokrasi. Nampak Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj dan Romo Frans Magnis Suseno turut memberikan pengantar dari buku tersebut.
Beberapa yang dibahas yakni terkait situasi politik terkini. Mereka sepakat dengan pemikiran Ghopur bahwa demokrasi tak didasari kekuatan dan dominasi.
Jakarta: Direktur Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) Abdul Ghopur menulis buku bertajuk 'Ironi Demokrasi, Menyibak Tabir dan Menggali Makna Tersembunyi Demokrasi'. Ghopur menyebut karyanya itu berisi kritik untuk pemaknaan demokrasi di Tanah Air.
Menurutnya, implementasi demokrasi di Indonesia masih bersifat simbolis dan formal legalistik. "Masih berkutat pada demokrasi yang amat prosedural," ujar dia saat peluncuran buku di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta Pusat, Kamis, 16 Mei 2019.
Menurutnya, demokrasi di Indonesia belum menyentuh akar. Model ini dikatakannya belum menemukan pemaknaan yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan demokrasi itu sendiri.
Dalam buku ini, Ghopur ingin mengupas perihal demokrasi Indonesia yang dinilainya mundur ke belakang secara substansial. Salah satu yang dibahas yakni bagaimana seharusnya demokrasi Indonesia dibentuk.
Misalnya dengan mengacu dan mendasarkan demokrasi pada nilai-nilai luhur bangsa. Sebab hal itu merupakan cita-cita bersama Indonesia sejak pertama berdaulat. "Itulah salah satu contoh bagaimana bangsa kita berdemokrasi yang mengedepankan asas musyawarah-mufakat, kebersamaan dan keutuhan bangsa," ujar Ghopur.
Ia lebih lanjut menyayangkan bagiamana demokrasi dewasa ini yang mengutamakan kekuatan. Dominasi, egoisme dan hal lain itu malah merusak citra demokrasi.
Harusnya, kata dia, demokrasi Indonesia tak ditempuh dengan cara demikian. Mengingat budaya timur yang penuh sopan santun dan musyawarah serta mufakat, juga perlu dikedepankan.
"Serta dengan pikiran yang jernih, hati yang ikhlas, dada yang lapang serta menerima dengan pikiran terbuka dan jiwa yang besar," ujar dia.
Beberapa tokoh menghadiri peluncuran buku Ironi Demokrasi. Nampak Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj dan Romo Frans Magnis Suseno turut memberikan pengantar dari buku tersebut.
Beberapa yang dibahas yakni terkait situasi politik terkini. Mereka sepakat dengan pemikiran Ghopur bahwa demokrasi tak didasari kekuatan dan dominasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)