medcom.id, Jakarta: Politikus PPP Arsul Sani berbelasungkawa atas tragedi ledakan saat tabligh akbar PPP di Yogyakarta yang menyebabkan satu orang tewas. Dia memastikan, kejadian itu bukan karena adanya sengkarut dualisme kepengurusan PPP antara Djan Faridz dan Romahurmuziy.
"Saya kira di sini tidak ada unsur dualisme PPP. Hanya saja dalam konteks dualisme ini, kita minta seluruh jajaran kader di daerah itu, agar tidak bersikap fanatik terhadap kelompok elite tertentu, siapapun kelompoknya," kata mantan Ketua DPP PPP ini di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/4/2016).
Dia berharap kepolisian segera mengusut tuntas kasus pelemparan molotov di Lapangan Dengung, Sleman, Yogyakarta itu. Hal itu diperlukan agar tidak menimbulkan kecurigaan kepada kelompok tertentu.
Anggota komisi III ini juga megimbau kader tidak terprovokasi sejumlah pihak yang malah memperlebar perbedaan antarkader PPP. "Jadi warga PPP jangan terprovokasi perilaku, ucapan, keterangan dari media dari elite-elite tertentu yang justru semangatnya itu bukan mempersempit perbedaan, ini malah ingin terus berselisih," ujarnya.
Sebelumnya, tabligh akbar PPP kubu Djan Faridz di Lapangan Dengung, Sleman, Yogyakarta diwarnai pelemparan bom molotov. Djan mengutuk pelemparan bom molotov tersebut. Ia menduga bom dilempar mereka yang tak suka dengan hasil Muktamar PPP di Jakarta.
"Saya sangat menyesalkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh kelompok yang tidak menyenangi PPP memperjuangkan hak atas keputusan MA 601, yang mensyahkan Muktamar Jakarta," kata Djan kepada Metrotvnews.com, kemarin.
Menurut Ketua DPW PPP DIY Syukri Fadholi, kejadian nahas itu bermula saat ribuan masa selesai mengikuti tabligh akbar kemudian berkonvoi. Ketika sampai di Jalan Kebonagung, Mlati, Sleman, dua korban yang kebetulan berboncengan sepeda motor dilempar benda diduga bom molotov di dekat sebuah pohon beringin Kronggahan.
Korban atas nama Didin Bolawen merupakan warga Kecamatan Mlati, Sleman. Didin meninggal akibat luka di bagian leher. Sementara itu, satu korban lainnya, Taufan, hanya mengalami luka di bagian punggung. Kini, Taufan dirawar di RS Akademik UGM.
medcom.id, Jakarta: Politikus PPP Arsul Sani berbelasungkawa atas tragedi ledakan saat tabligh akbar PPP di Yogyakarta yang menyebabkan satu orang tewas. Dia memastikan, kejadian itu bukan karena adanya sengkarut dualisme kepengurusan PPP antara Djan Faridz dan Romahurmuziy.
"Saya kira di sini tidak ada unsur dualisme PPP. Hanya saja dalam konteks dualisme ini, kita minta seluruh jajaran kader di daerah itu, agar tidak bersikap fanatik terhadap kelompok elite tertentu, siapapun kelompoknya," kata mantan Ketua DPP PPP ini di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/4/2016).
Dia berharap kepolisian segera mengusut tuntas kasus pelemparan molotov di Lapangan Dengung, Sleman, Yogyakarta itu. Hal itu diperlukan agar tidak menimbulkan kecurigaan kepada kelompok tertentu.
Anggota komisi III ini juga megimbau kader tidak terprovokasi sejumlah pihak yang malah memperlebar perbedaan antarkader PPP. "Jadi warga PPP jangan terprovokasi perilaku, ucapan, keterangan dari media dari elite-elite tertentu yang justru semangatnya itu bukan mempersempit perbedaan, ini malah ingin terus berselisih," ujarnya.
Sebelumnya, tabligh akbar PPP kubu Djan Faridz di Lapangan Dengung, Sleman, Yogyakarta diwarnai pelemparan bom molotov. Djan mengutuk pelemparan bom molotov tersebut. Ia menduga bom dilempar mereka yang tak suka dengan hasil Muktamar PPP di Jakarta.
"Saya sangat menyesalkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh kelompok yang tidak menyenangi PPP memperjuangkan hak atas keputusan MA 601, yang mensyahkan Muktamar Jakarta," kata Djan kepada
Metrotvnews.com, kemarin.
Menurut Ketua DPW PPP DIY Syukri Fadholi, kejadian nahas itu bermula saat ribuan masa selesai mengikuti tabligh akbar kemudian berkonvoi. Ketika sampai di Jalan Kebonagung, Mlati, Sleman, dua korban yang kebetulan berboncengan sepeda motor dilempar benda diduga bom molotov di dekat sebuah pohon beringin Kronggahan.
Korban atas nama Didin Bolawen merupakan warga Kecamatan Mlati, Sleman. Didin meninggal akibat luka di bagian leher. Sementara itu, satu korban lainnya, Taufan, hanya mengalami luka di bagian punggung. Kini, Taufan dirawar di RS Akademik UGM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)