medcom.id, Jakarta: Sekretaris Jenderal PPP kubu Romahurmuziy, Arsul Sani, meyakini tak akan ada upaya musyawarah nasional luar biasa (munaslub) untuk menggulingkan ketua umum PPP usai Pilkada DKI Jakarta.
Pemantik adanya isu munaslub tak lain karena ketua umum PPP dari dua kubu, yakni Romahurmuziy maupun Djan Faridz, kompak mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
"Kami akui, soal dukungan ke Ahok, banyak menimbulkan kemarahan dan kekecewaan yang luar biasa dari berbagai struktur maupun akar rumput. Itu tak boleh kita nafikan, tak boleh menutup mata," kata Arsul, di Gedung DPR, Jakarta Pusat, Jumat 21 April 2017.
Arsul mengatakan DPP PPP sudah menjelaskan pilihan itu kepada kader internal dan ulama. "Saat itu, mayoritas sudah memahami," ujarnya.
Kemarahan, lanjut Arsul, justru paling banyak datang dari luar PPP. "Yang menghujat habis-habisan adalah orang yang di luar struktur. Buzzer tersebut bukan dari PPP. Ada dari partai lain yang ingin coba menarik dan mengambil tokoh-tokoh dan kader PPP," kata Arsul.
Untuk meredam kemarahan pihak eksternal ini, kata Arsul, DPP PPP juga secara gamblang sudah meminta maaf. Permintaan maaf bakal diteruskan ke DPC, DPW, dan tokoh lokal PPP.
Bila masih ada yang belum puas, Arsul memperbolehkan kader mengajukan tuntutan lain sesuai AD/ART. "Mereka boleh mengusulkan muktamar luar biasa (munaslub), dan itu hal wajar. DPP tidak boleh menyikapinya secara emosional atau mengancam untuk dipecat," kata Arsul.
Namun, dia yakin munaslub tak akan terjadi. "Karena mayoritas solid dan mereka paham bahwa putusan mendukung Ahok karena situasi yang sulit untuk dijelaskan secara terbuka."
medcom.id, Jakarta: Sekretaris Jenderal PPP kubu Romahurmuziy, Arsul Sani, meyakini tak akan ada upaya musyawarah nasional luar biasa (munaslub) untuk menggulingkan ketua umum PPP usai Pilkada DKI Jakarta.
Pemantik adanya isu munaslub tak lain karena ketua umum PPP dari dua kubu, yakni Romahurmuziy maupun Djan Faridz, kompak mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
"Kami akui, soal dukungan ke Ahok, banyak menimbulkan kemarahan dan kekecewaan yang luar biasa dari berbagai struktur maupun akar rumput. Itu tak boleh kita nafikan, tak boleh menutup mata," kata Arsul, di Gedung DPR, Jakarta Pusat, Jumat 21 April 2017.
Arsul mengatakan DPP PPP sudah menjelaskan pilihan itu kepada kader internal dan ulama. "Saat itu, mayoritas sudah memahami," ujarnya.
Kemarahan, lanjut Arsul, justru paling banyak datang dari luar PPP. "Yang menghujat habis-habisan adalah orang yang di luar struktur. Buzzer tersebut bukan dari PPP. Ada dari partai lain yang ingin coba menarik dan mengambil tokoh-tokoh dan kader PPP," kata Arsul.
Untuk meredam kemarahan pihak eksternal ini, kata Arsul, DPP PPP juga secara gamblang sudah meminta maaf. Permintaan maaf bakal diteruskan ke DPC, DPW, dan tokoh lokal PPP.
Bila masih ada yang belum puas, Arsul memperbolehkan kader mengajukan tuntutan lain sesuai AD/ART. "Mereka boleh mengusulkan muktamar luar biasa (munaslub), dan itu hal wajar. DPP tidak boleh menyikapinya secara emosional atau mengancam untuk dipecat," kata Arsul.
Namun, dia yakin munaslub tak akan terjadi. "Karena mayoritas solid dan mereka paham bahwa putusan mendukung Ahok karena situasi yang sulit untuk dijelaskan secara terbuka."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)