Jakarta: Safari politik Anies Baswedan kerap diwarnai aksi penolakan dari sejumlah pihak. Pakar politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai situasi ini bisa mengindikasikan masyarakat Indonesia masih belum siap berdemokrasi.
"Demokrasi kita kan belum substansial juga, masih sekadar formalistik, demokrasi prosedural. Yang artinya apa? Secara demokrasi yang meneror dan mengancam safari Anies itu kan belum siap berbeda. Belum siap untuk menerima perbedaan," jelas Ujang kepada Media Indonesia, Kamis, 26 Januari 2023.
Menurut Ujang, tujuan dari kelompok-kelompok yang menolak safari politik Anies Baswedan tak lain ingin menggagalkan tujuan politik Anies. Mereka dianggap ingin menjatuhkan posisi Anies. Bahkan, lebih parahnya, bisa saja bertujuan untuk menggagalkan Anies berlaga di Pemilu 2024.
"Bahkan skenario besarnya adalah agar Anies tidak bisa mendapatkan tiket, tidak bisa mendapatkan perahu, tidak bisa menjadi capres agar gugur di tengah jalan, tidak sampai mendapatkan dukungan koalisi partai," beber dia.
Ujang menyebut perbedaan pandangan sejatinya disampaikan dengan cara-cara yang baik. Namun, situasi berbeda tampak pada sejumlah kegiatan safari politik Anies Baswedan.
"Tapi di kita ini tidak. Mengerjai, meneror, mendiskreditkan, ini menjadi hal yang kelihatannya rutin dilakukan kelompok tertentu untuk menjegal lawan politik." ujar Ujang.
Anies Baswedan, mendapat penolakan dari segelintir kelompok. Misalnya, ketika Anies melakukan safari politik di Bandung, Jawa Barat, Minggu, 22 Januari 2023, Bakal calon presiden yang dideklarasikan Partai NasDem, mendapatkan penolakan dari sekelompok masyarakat yang menamakan diri Gerakan Masyarakat dan Mahasiswa Bandung Lautan Api.
Penolakan tersebut sempat diwarnai aksi unjuk rasa. Tidak hanya di Bandung, Jawa Barat, aksi penolakan sejenis ini juga sempat terjadi beberapa kali. Di antaranya saat Anies melakukan safari politik di Solo, Jawa Tengah, dan Aceh.
Teranyar, teror pelemparan karung berisi ular kobra di kediaman mantan Gubernur Banten Wahidin Halim. Aksi ini terjadi jelang kunjungan Anies ke kediaman Wahidin. (MI/Diza Shafira Wardoyo).
Jakarta: Safari politik
Anies Baswedan kerap diwarnai aksi penolakan dari sejumlah pihak. Pakar politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai situasi ini bisa mengindikasikan masyarakat Indonesia masih belum siap berdemokrasi.
"Demokrasi kita kan belum substansial juga, masih sekadar formalistik, demokrasi prosedural. Yang artinya apa? Secara demokrasi yang meneror dan mengancam safari Anies itu kan belum siap berbeda. Belum siap untuk menerima perbedaan," jelas Ujang kepada
Media Indonesia, Kamis, 26 Januari 2023.
Menurut Ujang, tujuan dari kelompok-kelompok yang menolak safari politik Anies Baswedan tak lain ingin menggagalkan tujuan politik Anies. Mereka dianggap ingin menjatuhkan posisi Anies. Bahkan, lebih parahnya, bisa saja bertujuan untuk menggagalkan Anies berlaga di
Pemilu 2024.
"Bahkan skenario besarnya adalah agar Anies tidak bisa mendapatkan tiket, tidak bisa mendapatkan perahu, tidak bisa menjadi capres agar gugur di tengah jalan, tidak sampai mendapatkan dukungan koalisi partai," beber dia.
Ujang menyebut perbedaan pandangan sejatinya disampaikan dengan cara-cara yang baik. Namun, situasi berbeda tampak pada sejumlah kegiatan safari politik Anies Baswedan.
"Tapi di kita ini tidak. Mengerjai, meneror, mendiskreditkan, ini menjadi hal yang kelihatannya rutin dilakukan kelompok tertentu untuk menjegal lawan politik." ujar Ujang.
Anies Baswedan, mendapat penolakan dari segelintir kelompok. Misalnya, ketika Anies melakukan safari politik di Bandung, Jawa Barat, Minggu, 22 Januari 2023, Bakal calon presiden yang dideklarasikan
Partai NasDem, mendapatkan penolakan dari sekelompok masyarakat yang menamakan diri Gerakan Masyarakat dan Mahasiswa Bandung Lautan Api.
Penolakan tersebut sempat diwarnai aksi unjuk rasa. Tidak hanya di Bandung, Jawa Barat, aksi penolakan sejenis ini juga sempat terjadi beberapa kali. Di antaranya saat Anies melakukan safari politik di Solo, Jawa Tengah, dan Aceh.
Teranyar, teror pelemparan karung berisi ular kobra di kediaman mantan Gubernur Banten Wahidin Halim. Aksi ini terjadi jelang kunjungan Anies ke kediaman Wahidin. (
MI/Diza Shafira Wardoyo).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)