medcom.id, Makassar: Tokoh senior PP Muhammadiyah, Ahmad 'Buya' Syafii Maarif menilai selama ini sebagai organisasi islam, Muhammadiyah telah berhasil membantu Indonesia dengan baik. Bahkan, kata dia, Muhammadiyah pernah membantu terbentuknya negara Indonesia.
"Muhammadiyah sudah mau memasuki abad ke dua, sebagai pembantu negara yang cerdas. Bahkan negara ini terbentuk Muhammadiyah membantu," kata Syafii Maarif di Universitas Muhammadiyah, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (5/8/2015).
Oleh karena itu, ia tidak sepakat jika Muhammadiyah berubah menjadi sebuah partai politik. Muhammadiyah tak harus menjadi partai politik jika ingin berperan bagi negara. Sebab, ia menyebut berubah menjadi partai politik tidak akan membuat Muhammadiyah menjadi lebih baik.
"Kalau saya pibadi tidak (setuju menjadi partai), (Muhammadiyah) tidak bahagia menjadi partai politik," tukas dia.
"Kalau mau menjadi penentu di Indonesia. Penentu bukan harus menjadi partai politik. Bisa saja memberikan figur yang terbaik. Dari Muhammadiyah ada 41 universitas. Mungkin dari rahim perguruan tinggi bisa dicari kader-kader yang bisa dihibahkan kepada bangsa. Mungkin nanti parpol akan melirik negara akan melirik," tambah dia.
Kendati demikian, mantan ketua umum PP Muhammadiyah ini menegaskan bahwa tidak masalah jika ada kader Muhammadiyah yang bergabung dengan salah satu partai politik, karena itu merupakan hak dari setiap warga negara.
"Kalau masuk partai itu silahkan karena hak warga negara. Asal membawa visi amal makruf nahi munkar," tegas dia.
Sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menawarkan tiga opsi peran Muhammadiyah dalam kancah politik nasional saat Sidang Pleno I Muktamar Muhammadiyah.
Pertama, Muhammadiyah tetap pada jati diri sebagai gerakan dakwah pencerahan yang berorientasi kultural. Meski nantinya menjalankan aktivitas politik, orientasi yang akan dibangun berbasis politik moral atau politik amar makruf nahi mungkar.
Kedua, Muhammadiyah mendirikan partai politik sebagai sebuah amal usaha. Jika tidak, Muhammadiyah mengembangkan hubungan khusus dengan partai politik tertentu sebagai partai politik utama.
Terakhir, Muhammadiyah tetap sebagai gerakan dakwah pencerahan yang berorientasi kultural. Namun saat pileg ataupun pilpres, Muhammadiyah akan mendukung calon yang dapat memperjuangkan kepentingan Muhammadiyah.
medcom.id, Makassar: Tokoh senior PP Muhammadiyah, Ahmad 'Buya' Syafii Maarif menilai selama ini sebagai organisasi islam, Muhammadiyah telah berhasil membantu Indonesia dengan baik. Bahkan, kata dia, Muhammadiyah pernah membantu terbentuknya negara Indonesia.
"Muhammadiyah sudah mau memasuki abad ke dua, sebagai pembantu negara yang cerdas. Bahkan negara ini terbentuk Muhammadiyah membantu," kata Syafii Maarif di Universitas Muhammadiyah, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (5/8/2015).
Oleh karena itu, ia tidak sepakat jika Muhammadiyah berubah menjadi sebuah partai politik. Muhammadiyah tak harus menjadi partai politik jika ingin berperan bagi negara. Sebab, ia menyebut berubah menjadi partai politik tidak akan membuat Muhammadiyah menjadi lebih baik.
"Kalau saya pibadi tidak (setuju menjadi partai), (Muhammadiyah) tidak bahagia menjadi partai politik," tukas dia.
"Kalau mau menjadi penentu di Indonesia. Penentu bukan harus menjadi partai politik. Bisa saja memberikan figur yang terbaik. Dari Muhammadiyah ada 41 universitas. Mungkin dari rahim perguruan tinggi bisa dicari kader-kader yang bisa dihibahkan kepada bangsa. Mungkin nanti parpol akan melirik negara akan melirik," tambah dia.
Kendati demikian, mantan ketua umum PP Muhammadiyah ini menegaskan bahwa tidak masalah jika ada kader Muhammadiyah yang bergabung dengan salah satu partai politik, karena itu merupakan hak dari setiap warga negara.
"Kalau masuk partai itu silahkan karena hak warga negara. Asal membawa visi amal makruf nahi munkar," tegas dia.
Sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menawarkan tiga opsi peran Muhammadiyah dalam kancah politik nasional saat Sidang Pleno I Muktamar Muhammadiyah.
Pertama, Muhammadiyah tetap pada jati diri sebagai gerakan dakwah pencerahan yang berorientasi kultural. Meski nantinya menjalankan aktivitas politik, orientasi yang akan dibangun berbasis politik moral atau politik amar makruf nahi mungkar.
Kedua, Muhammadiyah mendirikan partai politik sebagai sebuah amal usaha. Jika tidak, Muhammadiyah mengembangkan hubungan khusus dengan partai politik tertentu sebagai partai politik utama.
Terakhir, Muhammadiyah tetap sebagai gerakan dakwah pencerahan yang berorientasi kultural. Namun saat pileg ataupun pilpres, Muhammadiyah akan mendukung calon yang dapat memperjuangkan kepentingan Muhammadiyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DRI)