Ketum Golkar versi Bali Ical berjabat tangan dengan Ketum Golkar versi Ancol Agung Laksono disaksikan Wapres JK saat islah di Rumdis Wapres Jakarta, Sabtu (11/7),-Foto: Antara Wahyu Putri
Ketum Golkar versi Bali Ical berjabat tangan dengan Ketum Golkar versi Ancol Agung Laksono disaksikan Wapres JK saat islah di Rumdis Wapres Jakarta, Sabtu (11/7),-Foto: Antara Wahyu Putri

Kesalahan Fatal Ical Tunjuk Akom Gantikan Novanto

Githa Farahdina • 21 Desember 2015 11:23
medcom.id, Jakarta: Penunjukan Ade Komaruddin sebagai Ketua DPR menggantikan Setya Novanto oleh Aburizal Bakrie (Ical) sulit diterima kubu Agung Laksono. Apalagi kubu Agung mengklaim sebagai pemegang surat keputusan (SK) Kemenkumham mengenai kepengurusan Partai Golkar. Sementara kepengurusan sah adalah hasil Munas Riau 2009.
 
Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai, kedua kubu harus bermufakat soal ini. "Kesalahan fatal kubu Ical adalah tidak duduk bersama mengakomodir dan merangkul gerbong Agung untuk bermusyawarah memilih Ketua DPR," kata Pangi kepada Metrotvnews.com, Senin (21/12/2015).
 
Pangi  mengatakan, Golkar harus memilih Ketua DPR yang bisa diterima kedua kubu. Dia melihat sosok itu ada pada Titiek Soeharto sebagai tokoh sentral yang bisa menyatukan partai.

"Agung tidak bakal berani macam-macam apalagi Yorrys Raweyai begitu juga Ade Komaruddin pasti legowo tak lagi jadi ketua fraksi dan Ketua DPR," terang dosen ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah ini.
 
Potensi perpecahan Golkar melalui perebutan kekuasaan semacam ini akan merugikan partai. Pangi memprediksi akan ada serangan balik yang dimanfaatkan Koalisi Partai Pendukung Pemerintah (KP3) melalui revisi UU MD3. Revisi UU MD3 menjadi pintu masuk dilakukannya pengocokan ulang Pimpinan DPR.
 
"Kalau ini tidak diolah dan dipersiapkan secara matang, bukan tidak mungkin Golkar kehilangan posisi Ketua DPR. Sinyal itu nampaknya sudah mulai terlihat," tambah pria lulusan Universitas Andalas dan Universitas Indonesia ini.
 
Efek Domino
 
Elite Golkar, tegas Pangi, harus bisa menahan diri. Konflik tak kunjung usai ini akan berdampak pada aktivitas politik lainnya.
 
Sikap egois masing-masing kubu bisa menenggelamkan Golkar pada Pemilu 2019. Efeknya sudah bisa dilihat dari hasil Pilkada Serentak lalu.
 
"Golkar mundur dan tidak terlalu banyak menang dalam Pilkada," kata Pangi.
 
Latar belakang Golkar sebagai manajemen Koalisi Merah Putih pun dinilai sudah patah. Saat ini Golkar sedang melakukan bunuh diri politik.
 
Apabila tak segera sadar diri, Golkar diprediksi akan gigit jari. Ambisi memasang kadernya sebagai orang nomor 1 di DPR akan kandas dan ditikung KP3.
 
"Golkar sudah diambang perpecahan. Ketika elitenya tidak mampu menahan diri maka Golkar mengggali kuburannya sendiri," ucap Pangi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan