Jakarta: Kemampuan Pertamina dinilai tengah diuji terkait keputusan pemerintah yang membatalkan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium. Sebab, harga minyak mentah dunia sedang tinggi.
Mantan Dirut Pertamina Dwi Sutjipto mengatakan Premium sudah tidak lagi disubsidi oleh pemerintah. Kini, tugas berat diemban Pertamina karena batalnya BBM jenis Premium naik.
"Apakah Pertamina bisa memikul kondisi ini?" kata Dwi Soetjipto di Posko Cemara 19, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 17 Oktober 2018.
Dwi menjelaskan, saat harga minyak mentah dunia sedang turun, Pertamina memang bisa meraup keuntungan lebih banyak. Namun, kondisi sebaliknya dihadapi Pertamina manakala harga minyak dunia naik. Saat ini, harga minyak dunia tembus USD85 per barrel.
"Saat naik, apa yang sudah dikumpulkan tadi di deliver kembali," ungkapnya.
Baca: Ketua DPR Pertanyakan soal Kenaikan Harga BBM
Menurut Dwi, pertanyaan yang muncul sejauh mana Pertamina bisa bertahan dengan kondisi harga minyak dunia naik, tapi harga BBM jenis Premium tidak naik. Dwi menyarankan Pertamina membeli semurah mungkin minyak. Kemudian mengoptimalkan proses kilang di Pertamina.
"Sehingga yang kita impor harusnya bisa diturunkan dengan kilang yang beroperasi secara optimal," tuturnya.
Pertamina harus mengurangi potensi gangguan pengiriman BBM. Dengan begitu, efisiensi di Pertamina bisa dilakukan. "Ini saya kira yang perlu dihitung, dan kawan-kawan bisa ngecek-lah ke Pertamina," kata Dwi.
Jakarta: Kemampuan Pertamina dinilai tengah diuji terkait keputusan pemerintah yang membatalkan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium. Sebab, harga minyak mentah dunia sedang tinggi.
Mantan Dirut Pertamina Dwi Sutjipto mengatakan Premium sudah tidak lagi disubsidi oleh pemerintah. Kini, tugas berat diemban Pertamina karena batalnya BBM jenis Premium naik.
"Apakah Pertamina bisa memikul kondisi ini?" kata Dwi Soetjipto di Posko Cemara 19, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 17 Oktober 2018.
Dwi menjelaskan, saat harga minyak mentah dunia sedang turun, Pertamina memang bisa meraup keuntungan lebih banyak. Namun, kondisi sebaliknya dihadapi Pertamina manakala harga minyak dunia naik. Saat ini, harga minyak dunia tembus USD85 per barrel.
"Saat naik, apa yang sudah dikumpulkan tadi di
deliver kembali," ungkapnya.
Baca: Ketua DPR Pertanyakan soal Kenaikan Harga BBM
Menurut Dwi, pertanyaan yang muncul sejauh mana Pertamina bisa bertahan dengan kondisi harga minyak dunia naik, tapi harga BBM jenis Premium tidak naik. Dwi menyarankan Pertamina membeli semurah mungkin minyak. Kemudian mengoptimalkan proses kilang di Pertamina.
"Sehingga yang kita impor harusnya bisa diturunkan dengan kilang yang beroperasi secara optimal," tuturnya.
Pertamina harus mengurangi potensi gangguan pengiriman BBM. Dengan begitu, efisiensi di Pertamina bisa dilakukan. "Ini saya kira yang perlu dihitung, dan kawan-kawan bisa ngecek-lah ke Pertamina," kata Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)