"Misalnya, pembiayaan proyek energi baru terbarukan (EBT) atau investasi melalui sektor keuangan Islam yang profit atau imbal hasilnya dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan energi berkelanjutan," ujar Ma'ruf saat di Energy Transition Working Group (ETWG) G20 Seminar Series, di Grand Hyatt, Jakarta, Rabu, 27 Juli 2022.
Selain melalui wakaf, Ma'ruf melihat ada potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sukuk atau Islamic bonds. Khususnya, sebagai instrumen penghimpunan dana dari masyarakat untuk pembiayaan transisi energi.
"Saya minta agar inovasi produk sukuk serta promosinya ditingkatkan sehingga masyarakat semakin berminat akan produk ini," kata dia.
Baca: Wapres Dorong Menteri ESDM Naikkan Investasi di Sektor Hulu Migas |
Ma'ruf mengutip Badan Wakaf Indonesia yang menyebut potensi wakaf Indonesia mencapai Rp180 triliun. Sehingga, prinsip pembiayaan berbasis syariah dapat menjadi solusi kebijakan transisi energi yang membutuhkan pembiayaan dan investasi sangat besar.
Presiden Joko Widodo, kata Ma'ruf, menyampaikan Indonesia butuh setidaknya USD30 miliar membiayai transisi energi dalam delapan tahun ke depan. "Mekanisme pembiayaan proyek dengan prinsip-prinsip syariah juga dapat diterapkan sebagai alternatif mekanisme pembiayaan proyek-proyek transisi energi," kata dia.
Pemerintah Indonesia menetapkan target mengurangi ketergantungan pada energi fosil, yaitu 23 persen bauran energi terbarukan pada 2025. Angka tersebut akan terus ditingkatkan hingga 31 persen pada 2050. Sementara itu, pemanfaatan EBT masih berada di kisaran 12,16 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id