Presiden Joko Widodo. AFP/Bay Ismoyo
Presiden Joko Widodo. AFP/Bay Ismoyo

Calon Kepala BIN Pilihan Jangan Hanya karena Dekat Presiden

Deny Irwanto • 28 April 2015 18:54
medcom.id, Jakarta: Presiden Joko Widodo diharapkan tidak memilih calon kepala Badan Intelijen Negara karena faktor kedekatan. Kepala BIN merupakan jabatan strategis.
 
"Jangan sampai kepala BIN dipilih mohon maaf hanya karena kedekatan politik dengan Presiden. Atau karena pernah berjasa terhadap pemenangan pemilu preaiden," kata pengamat intelijen Ridlwan Habib di Jakarta Selatan, Selasa (28/4/2015).
 
Ridlwan menyatakan peran kepala BIN amat vital dalam mengantisipasi berbagai pergerakan yang bisa mengancam keamanan negara. "Kebutuhan intelijen adalah untuk negara dan bangsa, bukan untuk golongan," paparnya.

Memilih Kepala BIN, lanjutnya, tidak hanya melihat latar belakang si calon, tapi juga kompetensi di dunia intelijen.
 
"Perdebatan dari militer atau nonmiliter, dari parpol atau nonparpol itu kurang relevan. Yang jauh lebih penting adalah rekam jejak dan kemampuan di bidang intelijen," paparnya.
 
Seorang Kepala BIN harus mampu mengendalikan agen lapangan. Juga matang dalam menganalisa laporan.
 
"Semua laporan harus melewati Kepala BIN. Karena itu, seorang kepala harus paham lapangan sekaligus pintar analisa," imbuhnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan