Jakarta: Partai Golkar diminta menjadi contoh demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Caranya, dengan memberikan kesempatan bagi kader-kader terbaiknya untuk menjadi calon ketua umum.
"Golkar itu partai yang kaya akan SDM andal. Karena itu partai ini tentu harus memberikan contoh kontestasi atau kompetisi yang sehat," kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro di Jakarta Pusat, Minggu, 24 November 2019.
Ia berharap Golkar tak berpolemik terus menerus sehingga menghasilkan dualisme kepengurusan. Cara tersebut dianggap tidak demokratis.
"Golkar dituntut publik untuk mempertontonkan bagaimana elite saling berkompetisi secara masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan," ujar dia.
Zuhro menyarankan Golkar memberikan peluang kepada seluruh kader terbaik, bukan hanya satu. Selanjutnya anggota lain dipersilakan memilih calon terbaik.
"Menurut saya berikan peluang itu, jangan sampai aklamasi. Aklamasi itu bukan demokrasi. Mestinya memberikan peluang bagi kader-kader untuk belajar, bukan kader yang mau berkonsentrasi wajib menang, tidak juga," pungkas dia.
Partai Golkar tengah berpolemik terkait musyawarah nasional (Munas) yang akan diselenggarakan Desember mendatang. Munas ini akan memilih calon Ketum Golkar untuk lima tahun mendatang.
Ada dua kubu. Satu kubu mendukung Ketum petahana Airlangga Hartanto untuk kembali memimpin, dan satu lagi menghendaki Bambang Soesatyo untuk duduk di pucuk pimpinan.
Jakarta: Partai Golkar diminta menjadi contoh demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Caranya, dengan memberikan kesempatan bagi kader-kader terbaiknya untuk menjadi
calon ketua umum.
"Golkar itu partai yang kaya akan SDM andal. Karena itu partai ini tentu harus memberikan contoh kontestasi atau kompetisi yang sehat," kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro di Jakarta Pusat, Minggu, 24 November 2019.
Ia berharap Golkar tak berpolemik terus menerus sehingga menghasilkan dualisme kepengurusan. Cara tersebut dianggap tidak demokratis.
"Golkar dituntut publik untuk mempertontonkan bagaimana elite saling berkompetisi secara masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan," ujar dia.
Zuhro menyarankan Golkar memberikan peluang kepada seluruh kader terbaik, bukan hanya satu. Selanjutnya anggota lain dipersilakan memilih calon terbaik.
"Menurut saya berikan peluang itu, jangan sampai aklamasi. Aklamasi itu bukan demokrasi. Mestinya memberikan peluang bagi kader-kader untuk belajar, bukan kader yang mau berkonsentrasi wajib menang, tidak juga," pungkas dia.
Partai Golkar tengah berpolemik terkait musyawarah nasional (Munas) yang akan diselenggarakan Desember mendatang. Munas ini akan memilih calon Ketum Golkar untuk lima tahun mendatang.
Ada dua kubu. Satu kubu mendukung Ketum petahana Airlangga Hartanto untuk kembali memimpin, dan satu lagi menghendaki Bambang Soesatyo untuk duduk di pucuk pimpinan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)