medcom.id, Jakarta: Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie menyebut 2017 adalah tahun terberat bagi TNI. Pasalnya, di tahun ini netralitas TNI benar-benar diuji.
Pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo beberapa waktu lalu soal pembelian senjata oleh institusi non militer menjadi penyebabnya. Gatot dinilai tengah melancarkan manuver politik untuk melenggang di pemilu 2019 saat dirinya masih menjabat sebagai panglima tertinggi TNI.
"Menurut Saya masa paling tidak netral bagi TNI adalah sekarang. Karena yang akan maju entah calon presiden, calon wakil presiden pada 2019 sementara 6 bulan ke depan masih memegang tongkat komando, artinya secara langsung sebagai manusia sangat susah mengendalikannya," ungkap Connie, dalam Metro Pagi Primetime, Selasa 3 Oktober 2017.
Padahal, kata Connie, netralitas TNI dalam berbagai aspek sangatlah penting dan harus diprioritaskan. Mengutip buku karya Joko Santoso, Connie mengemukakan aspek-aspek netralitas itu harus ditegakan manakala berurusan dengan hal berbau politis.
Di antaranya, tidak berpihak atau melibatkan diri dalam dan pada saat politik praktis, prajurit mulai dari panglima tertinggi hingga yang paling rendah harus mengundurkan diri begitu menyatakan siap dalam kontestasi pemilu.
Kemudian satuan, perorangan maupun pasukan tak boleh dilibatkan dalam kegiatan politik, tidak diperkenankan memobilisasi ormas, massa, atau agama tertenty dan tidak diperkenankan menjadi tim sukses kandidat manapun serta melepaskan segala atribut kedinasan.
"Tetapi yang paling penting adalah kesadaran diri anggota TNI sebagai manusia karena walaupun tentara mereka itu istilahnya manusia yang sudah disepurnakan. Kita harapkan hati nuraninya, sapta marganya bicara bahwa harus berbuat baik buat rakyat dan netral," kata Connie.
Connie menyebut alasan mendasar seringnya militer disebut-sebut dalam urusan politik terutama kontestasi dalam pemilu tak lain karena rakyat merasa tidak puas bahwa partai politik memenangkan pemilu hanya karena nama tertentu yang sudah dikenal masyarakat. Ketidakpuasan itu kemudian diwujudkan dengan pengusungan figur bau yang berlatar belakang militer.
"Itu tadi karena sistem pendidikannya, penjenjangan karier, semuanya sudah jelas. Jadi pastilah dipilih karena militer sudah teruji. Parpol saja melihatnya kesana, apalagi rakyat," jelasnya.
medcom.id, Jakarta: Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie menyebut 2017 adalah tahun terberat bagi TNI. Pasalnya, di tahun ini netralitas TNI benar-benar diuji.
Pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo beberapa waktu lalu soal pembelian senjata oleh institusi non militer menjadi penyebabnya. Gatot dinilai tengah melancarkan manuver politik untuk melenggang di pemilu 2019 saat dirinya masih menjabat sebagai panglima tertinggi TNI.
"Menurut Saya masa paling tidak netral bagi TNI adalah sekarang. Karena yang akan maju entah calon presiden, calon wakil presiden pada 2019 sementara 6 bulan ke depan masih memegang tongkat komando, artinya secara langsung sebagai manusia sangat susah mengendalikannya," ungkap Connie, dalam
Metro Pagi Primetime, Selasa 3 Oktober 2017.
Padahal, kata Connie, netralitas TNI dalam berbagai aspek sangatlah penting dan harus diprioritaskan. Mengutip buku karya Joko Santoso, Connie mengemukakan aspek-aspek netralitas itu harus ditegakan manakala berurusan dengan hal berbau politis.
Di antaranya, tidak berpihak atau melibatkan diri dalam dan pada saat politik praktis, prajurit mulai dari panglima tertinggi hingga yang paling rendah harus mengundurkan diri begitu menyatakan siap dalam kontestasi pemilu.
Kemudian satuan, perorangan maupun pasukan tak boleh dilibatkan dalam kegiatan politik, tidak diperkenankan memobilisasi ormas, massa, atau agama tertenty dan tidak diperkenankan menjadi tim sukses kandidat manapun serta melepaskan segala atribut kedinasan.
"Tetapi yang paling penting adalah kesadaran diri anggota TNI sebagai manusia karena walaupun tentara mereka itu istilahnya manusia yang sudah disepurnakan. Kita harapkan hati nuraninya, sapta marganya bicara bahwa harus berbuat baik buat rakyat dan netral," kata Connie.
Connie menyebut alasan mendasar seringnya militer disebut-sebut dalam urusan politik terutama kontestasi dalam pemilu tak lain karena rakyat merasa tidak puas bahwa partai politik memenangkan pemilu hanya karena nama tertentu yang sudah dikenal masyarakat. Ketidakpuasan itu kemudian diwujudkan dengan pengusungan figur bau yang berlatar belakang militer.
"Itu tadi karena sistem pendidikannya, penjenjangan karier, semuanya sudah jelas. Jadi pastilah dipilih karena militer sudah teruji. Parpol saja melihatnya kesana, apalagi rakyat," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)