Ketua Mahkamah Partai NasDem Saur Hutabarat. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya Prabowo.
Ketua Mahkamah Partai NasDem Saur Hutabarat. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya Prabowo.

Politik Identitas Diyakini Tak Ampuh di Pilpres 2024

Kautsar Widya Prabowo • 16 Juni 2022 21:51
Jakarta: Ketua Mahkamah Partai NasDem Saur Hutabarat menilai politik identitas tak akan ampuh di Pemilu 2024. Ia mencontohkan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang dalam prosesnya kental dengan nuansa politik identitas.
 
Saur membeberkan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin mendapatkan 55,50 persen suara dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 44,50 persen di Pilpres 2019, terpaut 11 persen suara. Sedangkan, pada Pilpres 2014, perolehan Jokowi dengan Prabowo justru terpaut tipis, hanya 6,3 persen.
 
"Dari 6,3 persen belum ada politik identitas, justru perolehan suara Jokowi meningkat menjadi 11 persen setelah ada politik identitas," ujar Saur dalam Seminar Kebangsaan bertajuk Masa Depan Bangsa Di Tengah Maraknya Politik Identitas, di Golden Ballroom Hotel Sultan, Jakarta, Kamis, 16 Juni 2022.

Perbandingan lainnya yakni survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) terkait pengaruh kelompok 212. Hasil jajak pendapat menyimpulkan Jokowi maupun Prabowo mendapatkan suara dari kelompok tersebut.
 
"Dari sisi partai, suara masa aksi 212 tersebar kepada partai berbasis nasionalis maupun partai berbasis agama," ujar Saur.
 
Baca: NasDem Gelar Rapat Tentukan Tiga Capres 2024 Malam Ini
 
Saur mengatakan politik identitas yang mengemuka pada Pilpres 2019 justru membuat selisih perolehan suara dua pasangan capres-cawapres cukup jauh. "Sebuah jumlah yang meningkat dari Pilpres 2014 ketika Jokowi- Jusuf Kalla berhadapan dengan Prabowo-Hatta selisihnya 6,3 persen. 
 
Ia mengatakan politik identitas cenderung lahir karena adanya kelompok yang merasa mayoritas dan dianggap minoritas.
 
"Bahwa Islam yang negara mayoritas merasa dimarjinalkan. Pertanyaanya, benarkah demikian? Apa solusinya?" ujar Saur.
 
Saur menilai persoalan itu seharusnya dapat diselesaikan saat pemilu berlangsung. Ia mengajak seluruh pihak menciptakan iklim demokrasi yang berkualitas dalam pemilu.
 
"Mari pemilu demi pemilu menjadi bagian yang pokok secara konstitusional, kompetisi, dan kontestasi melahirkan residu-residu yang makin lama makin terkikis," ungkapnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan