Jakarta: Gelaran haul Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mempertemukan dua kader Nahdlatul Ulama (NU) yang akan berkompetisi dalam pemilihan gubernur Jawa Timur (Jatim) 2018. Keduanya yakni Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa.
Acara mengenang wafatnya Gus Dur untuk kali kedelapan itu dilaksanakan di kediaman keluarga besar Gus Dur di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan. Baik Khofifah maupun Gus Ipul diberikan kesempatan menyampaikan testimoni kenangan bersama mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Khofifah diberikan kesempatan untuk pertama untuk berbicara. Dari sekian banyak tokoh yang hadir, Gus Ipul menjadi perhatian khusus saat Khofifah mengawali sambutannya.
"Harus ada yang saya sebut, yaitu Gus Ipul,” ujar Khofifah, Jumat malam, 22 Desember 2017.
Baca: Survei: Popularitas Khofifah Salip Gus Ipul
Menteri Sosial ini bercerita panjang ihwal kedekatan dirinya dengan sosok Gus Dur. Kala itu, Khofifah yang menjabat sebagai Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ditugaskan mengurus keperluan Gus Dur dalam pencalonan presiden.
"Saya ditelepon oleh seseorang, Mbak Khofifah bener Gus Dur mencalonkan diri sebagai Presiden, saya bilang iya, saya mau mendaftarkan beliau," ungkapnya.
Khofifah mengaku harus berpikir cepat saat berkas administrasi Gus Dur belum diperiksa secara formal. Pasalnya, berkas tersebut berisikan tulisan tangan yang ditandatangani Gus Dur.
Namun, ia bersyukur saat itu pencalonan Gus Dur akhirnya diterima."Jadi hari itu kalau ada orang yang paling sport jantung di dunia, ya yang sekarang berdiri di sini. Karena saya tahu persis bahwa itu surat-surat ditandatangani sendiri oleh Gus Dur. Break 30 menit diverifikasi, akhirnya subhanallah Pak Sekjen MPR mengumumkan persyaratan Gus Dur semuanya lengkap," bebernya.
Selesai Khofifah, tiba giliran Gus Ipul menyampiakan hal serupa. Wakil Gubernur Jatim ini juga mengaku punya peran saat pencalonan Gus Dur sebagai Presiden.
Sasat itu, sebagai kader PDI Perjuangan, Gus Ipul diminta melobi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar mau mendampingi Gus Dur sebagai Wakil Presiden. Usaha itu pun berhasil membawa Gus Dur dan Megawati memimpin Indonesia.
“Alhamdulillah kita waktu itu sama-sama di DPR, ya Bu Khofifah, jadi bersinggungan. Mudah-mudahan ini jadi berjalanan yang bisa menginspirasi kita semua,” ucap Gus Ipul.
Khofifah dan Gus Ipul dipastikan akan bertarung pada Pilkada 2018. keduanya telah memiliki dukungan partai politik unutk mendaftarkan diri.
Khofifah yang akan berpasangan dengan Bupati Trenggalek Emil Dardak didukung Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Hanura, dan PPP. Sementara itu, calon petahana Gus Ipul, berpasangan dengan Bupati Banyumas Azwar Anas didukung PDIP dan PKB.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/4ba7xYRK" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Gelaran haul Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mempertemukan dua kader Nahdlatul Ulama (NU) yang akan berkompetisi dalam pemilihan gubernur Jawa Timur (Jatim) 2018. Keduanya yakni Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa.
Acara mengenang wafatnya Gus Dur untuk kali kedelapan itu dilaksanakan di kediaman keluarga besar Gus Dur di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan. Baik Khofifah maupun Gus Ipul diberikan kesempatan menyampaikan testimoni kenangan bersama mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Khofifah diberikan kesempatan untuk pertama untuk berbicara. Dari sekian banyak tokoh yang hadir, Gus Ipul menjadi perhatian khusus saat Khofifah mengawali sambutannya.
"Harus ada yang saya sebut, yaitu Gus Ipul,” ujar Khofifah, Jumat malam, 22 Desember 2017.
Baca: Survei: Popularitas Khofifah Salip Gus Ipul
Menteri Sosial ini bercerita panjang ihwal kedekatan dirinya dengan sosok Gus Dur. Kala itu, Khofifah yang menjabat sebagai Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ditugaskan mengurus keperluan Gus Dur dalam pencalonan presiden.
"Saya ditelepon oleh seseorang, Mbak Khofifah bener Gus Dur mencalonkan diri sebagai Presiden, saya bilang iya, saya mau mendaftarkan beliau," ungkapnya.
Khofifah mengaku harus berpikir cepat saat berkas administrasi Gus Dur belum diperiksa secara formal. Pasalnya, berkas tersebut berisikan tulisan tangan yang ditandatangani Gus Dur.
Namun, ia bersyukur saat itu pencalonan Gus Dur akhirnya diterima."Jadi hari itu kalau ada orang yang paling sport jantung di dunia, ya yang sekarang berdiri di sini. Karena saya tahu persis bahwa itu surat-surat ditandatangani sendiri oleh Gus Dur. Break 30 menit diverifikasi, akhirnya subhanallah Pak Sekjen MPR mengumumkan persyaratan Gus Dur semuanya lengkap," bebernya.
Selesai Khofifah, tiba giliran Gus Ipul menyampiakan hal serupa. Wakil Gubernur Jatim ini juga mengaku punya peran saat pencalonan Gus Dur sebagai Presiden.
Sasat itu, sebagai kader PDI Perjuangan, Gus Ipul diminta melobi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar mau mendampingi Gus Dur sebagai Wakil Presiden. Usaha itu pun berhasil membawa Gus Dur dan Megawati memimpin Indonesia.
“Alhamdulillah kita waktu itu sama-sama di DPR, ya Bu Khofifah, jadi bersinggungan. Mudah-mudahan ini jadi berjalanan yang bisa menginspirasi kita semua,” ucap Gus Ipul.
Khofifah dan Gus Ipul dipastikan akan bertarung pada Pilkada 2018. keduanya telah memiliki dukungan partai politik unutk mendaftarkan diri.
Khofifah yang akan berpasangan dengan Bupati Trenggalek Emil Dardak didukung Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Hanura, dan PPP. Sementara itu, calon petahana Gus Ipul, berpasangan dengan Bupati Banyumas Azwar Anas didukung PDIP dan PKB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)