Jakarta: Ketua DPR Bambang Soesatyo menilai kualitas industri pertahanan dalam negeri tak kalah dengan kualitas impor. Namun, sayangnya pasokan kebutuhan alutsista dalam negeri masih dikuasai oleh BUMN.
"Industri pertahanan swasta kita cukup hebat kita mampu buat alat pertahanan. Ada kapal tempur bawah laut. Kita industri bom untuk Sukhoi ini luar biasa," kata Bamsoet saat membuka acara Pemeran Perhimpunan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantanas) di Energy Building, Jakarta Selatan, Rabu, 21 Februari 2018.
Namun, dalam setiap rapat dengan DPR, justru pemerintah meminta pengadaan alutsista impor. Ke depan, Bamsoet meminta kebutuhan alutsista nasional memprioritaskan industri dalam negeri dengan porsi yang sama antara swasta dan BUMN.
Selama ini, aturan di UU nomor 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan seolah mengesampingkan peran swasta. BUMN diberikan prioritas utama.
Padahal, kata Bamsoet, komponen industri pertahanan BUMN pun ada yang impor dari luar. "Perputaran ekonomi merugikan kita. Kalau memang BUMN tidak mampu diajak rembuk industri pertahanan swasta nasional," jelasnya.
Jika berbicara masalah harga, kata Bamsoet, harga yang ditawarkan swasta jauh lebih murah dengan produk BUMN dengan kualitas yang setara. Bahkan dengan produk impor pun ada beberapa yang lebih murah dibandingkan produk BUMN.
"Negara tidak harus membayar mahal Apa yang seharusnya dibayar murah. Swasta bisa kasih harga lebih murah lagi. Impor lebih murah ketimbang BUMN, ini jawaban yang harus kita pecahkan bersama," tutupnya.
Ketua Pinhantanas Mayor Jenderal Purnawirawan Jan Pieter Ate di kesempatan yang sama mengatakan saat ini ada 81 pelaku usaha swasta yang berkecimpung dalam pemenuhan kebutuhan alat pertahanan dan keamanan (alpalhankam) dalam negeri.
Mulai dari pabrik pembuat kapal di Tanjung Priok, pembuat radio komunikasi, sistem manajemen perang, hingga bom untuk pesawat tempur. “Kalau melihat peralatan yang sudah dihasilkan, kita akan tercengang dengan kemampuan anak bangsa kita. Sungguh luar biasa,” kata Jan Pieter.
Dari itu, peran industri pertahanan swasta nasional adalah mempercepat penguasaan teknologi pertahanan keamanan yang pada akhirnya memperkecil gap teknologi hingga Pertahanan nasional tidak perlu lagi bergantung pada impor dari luar negeri.
Jakarta: Ketua DPR Bambang Soesatyo menilai kualitas industri pertahanan dalam negeri tak kalah dengan kualitas impor. Namun, sayangnya pasokan kebutuhan alutsista dalam negeri masih dikuasai oleh BUMN.
"Industri pertahanan swasta kita cukup hebat kita mampu buat alat pertahanan. Ada kapal tempur bawah laut. Kita industri bom untuk Sukhoi ini luar biasa," kata Bamsoet saat membuka acara Pemeran Perhimpunan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantanas) di Energy Building, Jakarta Selatan, Rabu, 21 Februari 2018.
Namun, dalam setiap rapat dengan DPR, justru pemerintah meminta pengadaan alutsista impor. Ke depan, Bamsoet meminta kebutuhan alutsista nasional memprioritaskan industri dalam negeri dengan porsi yang sama antara swasta dan BUMN.
Selama ini, aturan di UU nomor 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan seolah mengesampingkan peran swasta. BUMN diberikan prioritas utama.
Padahal, kata Bamsoet, komponen industri pertahanan BUMN pun ada yang impor dari luar. "Perputaran ekonomi merugikan kita. Kalau memang BUMN tidak mampu diajak rembuk industri pertahanan swasta nasional," jelasnya.
Jika berbicara masalah harga, kata Bamsoet, harga yang ditawarkan swasta jauh lebih murah dengan produk BUMN dengan kualitas yang setara. Bahkan dengan produk impor pun ada beberapa yang lebih murah dibandingkan produk BUMN.
"Negara tidak harus membayar mahal Apa yang seharusnya dibayar murah. Swasta bisa kasih harga lebih murah lagi. Impor lebih murah ketimbang BUMN, ini jawaban yang harus kita pecahkan bersama," tutupnya.
Ketua Pinhantanas Mayor Jenderal Purnawirawan Jan Pieter Ate di kesempatan yang sama mengatakan saat ini ada 81 pelaku usaha swasta yang berkecimpung dalam pemenuhan kebutuhan alat pertahanan dan keamanan (alpalhankam) dalam negeri.
Mulai dari pabrik pembuat kapal di Tanjung Priok, pembuat radio komunikasi, sistem manajemen perang, hingga bom untuk pesawat tempur. “Kalau melihat peralatan yang sudah dihasilkan, kita akan tercengang dengan kemampuan anak bangsa kita. Sungguh luar biasa,” kata Jan Pieter.
Dari itu, peran industri pertahanan swasta nasional adalah mempercepat penguasaan teknologi pertahanan keamanan yang pada akhirnya memperkecil gap teknologi hingga Pertahanan nasional tidak perlu lagi bergantung pada impor dari luar negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)