Jakarta: Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menolak tegas dan tak rela jika Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bergabung ke pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik. Ada beberapa alasan kenapa Gelora menolak PKS bergabung.
1. Narasi PKS yang menyerang Prabowo
Gelora menilai PKS telah memunculkan narasi yang menyerang Prabowo-Gibran saat masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
"Seingat saya selama proses kampanye, di kalangan PKS banyak muncul narasi sangat ideologis dalam menyerang sosok Prabowo-Gibran," kata Mahfuz Sidik melalui keterangan tertulis.
2. Memberi cap pengkhianat kepada Prabowo
Tak hanya itu, menurut Mahfuz PKS bahkan sudah sejak lama memberi label 'pengkhianat' untuk Prabowo karena bergabung dalam Kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Ma'ruf Amin pada 2019 lalu.
"Ketika pada 2019 Prabowo Subianto memutuskan rekonsiliasi dengan Jokowi, banyak cap sebagai pengkhianat kepada Prabowo Subianto. Umumnya datang dari basis pendukung PKS," kata Mahfuz.
3. Alasan ideologis
Mahfuz menambahkan PKS berpotensi terbelah dengan massa ideologisnya apabila menjadi bagian dari poros pendukung Prabowo-Gibran atau Koalisi Indonesia Maju (KIM). Terlebih alasan PKS ingin gabung sekadar proses politik yang sudah tuntas.
"Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," terang Mahfuz.
Jakarta: Partai Gelombang Rakyat (
Gelora) Indonesia menolak tegas dan tak rela jika Partai Keadilan Sejahtera (
PKS) bergabung ke pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik. Ada beberapa alasan kenapa Gelora menolak PKS bergabung.
1. Narasi PKS yang menyerang Prabowo
Gelora menilai PKS telah memunculkan narasi yang menyerang Prabowo-Gibran saat masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
"Seingat saya selama proses kampanye, di kalangan PKS banyak muncul narasi sangat ideologis dalam menyerang sosok Prabowo-Gibran," kata Mahfuz Sidik melalui keterangan tertulis.
2. Memberi cap pengkhianat kepada Prabowo
Tak hanya itu, menurut Mahfuz PKS bahkan sudah sejak lama memberi label 'pengkhianat' untuk Prabowo karena bergabung dalam Kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Ma'ruf Amin pada 2019 lalu.
"Ketika pada 2019 Prabowo Subianto memutuskan rekonsiliasi dengan Jokowi, banyak cap sebagai pengkhianat kepada Prabowo Subianto. Umumnya datang dari basis pendukung PKS," kata Mahfuz.
3. Alasan ideologis
Mahfuz menambahkan PKS berpotensi terbelah dengan massa ideologisnya apabila menjadi bagian dari poros pendukung Prabowo-Gibran atau Koalisi Indonesia Maju (KIM). Terlebih alasan PKS ingin gabung sekadar proses politik yang sudah tuntas.
"Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," terang Mahfuz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)