Jakarta: Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin, mendukung arahan Wakil Presiden Ma'aruf Amin yang meminta partai politik berkampanye sesuai nilai Pancasila. Partai politik harus merebut suara rakyat dengan ide dan gagasan cemerlang, bukan cara-cara kotor.
"Ya pemilu kita ke depan harus semakin baik dibandingkan 2019 lalu. Ke depan itu kita harus membangun bangsa dengan narasi-narasi, gagasan, ide yang cemerlang. Bukan narasi hoaks, fitnah dan saling memusuhi," ujar Ujang kepada Media Indonesia, Senin, 13 Maret 2023.
Menurut dosen Universitas Al Azhar Indonesia itu, kampanye dengan cara-cara Pancasilais yang mengutamakan ide dan gagasan akan membawa perbaikan pada kualitas pemilu. Lantas, pesta demokrasi itu bisa benar-benar menghasilkan pemimpin bangsa yang diharapkan.
"Itu yang akan membawa bangsa Indonesia dalam perbaikan-perbaikan kualitas pemilu," ujar dia.
Sejauh ini, kata Ujang, tidak bisa dinafikan cara-cara negatif memang masih digunakan. Sejumlah oknum di dalam partai politik sering memanfaatkan isu-isu sensitif dan destruktif hanya demi merebut suara rakyat.
"Hoaks, saling fitnah, dan sebagainya sebenarnya kan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Saling serang dengan isu agama itu sebenarnya juga tidak sesuai dengan nilai Pancasila. Jadi ke depan yang harus dikedepankan adalah ide dan gagasan, itu saling adu. Bukan narasi-narasi negatif yang bisa menimbulkan permusuhan satu sama lain. Kita jaga persatuan dan kesatuan, bangun narasi kebajikan dan adu ide gagasan itu," kata dia.
Hal senada disampaikan Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli. Menurut dia, partai politik harus mengusung gagasan yang cemerlang dan bernas. Hal ini sejalan dengan fungsi pemilu yang salah satunya memberikan pendidikan politik.
"Nah dengan kampanye mengemukakan gagasan yang cemerlang, misalnya bagaimana cara membangun bangsa ini agar maju dan mandiri, maka itu memberikan pendidikan politik bagi masyarakat," ucap dia.
Lili menegaskan sudah saatnya meninggalkan cara-cara lama yang menghalalkan segala cara untuk merebut suara rakyat. Kampanye yang mengandalkan pencitraan, kampanye hitam, memobilisasi politik identitas dan sejenisnya tidak akan melahirkan pemimpin yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Dia menambahkan kampanye memang tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Justru partai dan para politikus harus mampu menjabarkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai program dan kebijakan.
"Partai dan kandidat presiden mestinya menjabarkan Pancasila dalam program dan kebijakan sehingga Pancasila benar-benar diimplementasikan bukan dijadikan slogan dan jargon-jargon saja. Saatnya dibumikan dalam aksi nyata," ujar dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Jakarta: Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin, mendukung arahan Wakil Presiden Ma'aruf Amin yang meminta partai politik
berkampanye sesuai nilai
Pancasila. Partai politik harus merebut suara rakyat dengan ide dan gagasan cemerlang, bukan cara-cara kotor.
"Ya pemilu kita ke depan harus semakin baik dibandingkan 2019 lalu. Ke depan itu kita harus membangun bangsa dengan narasi-narasi, gagasan, ide yang cemerlang. Bukan narasi hoaks, fitnah dan saling memusuhi," ujar Ujang kepada
Media Indonesia, Senin, 13 Maret 2023.
Menurut dosen Universitas Al Azhar Indonesia itu, kampanye dengan cara-cara Pancasilais yang mengutamakan ide dan gagasan akan membawa perbaikan pada kualitas pemilu. Lantas, pesta demokrasi itu bisa benar-benar menghasilkan pemimpin bangsa yang diharapkan.
"Itu yang akan membawa bangsa Indonesia dalam perbaikan-perbaikan kualitas pemilu," ujar dia.
Sejauh ini, kata Ujang, tidak bisa dinafikan cara-cara negatif memang masih digunakan. Sejumlah oknum di dalam partai politik sering memanfaatkan isu-isu sensitif dan destruktif hanya demi merebut suara rakyat.
"
Hoaks, saling fitnah, dan sebagainya sebenarnya kan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Saling serang dengan isu agama itu sebenarnya juga tidak sesuai dengan nilai Pancasila. Jadi ke depan yang harus dikedepankan adalah ide dan gagasan, itu saling adu. Bukan narasi-narasi negatif yang bisa menimbulkan permusuhan satu sama lain. Kita jaga persatuan dan kesatuan, bangun narasi kebajikan dan adu ide gagasan itu," kata dia.
Hal senada disampaikan Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli. Menurut dia, partai politik harus mengusung gagasan yang cemerlang dan bernas. Hal ini sejalan dengan fungsi pemilu yang salah satunya memberikan pendidikan politik.
"Nah dengan kampanye mengemukakan gagasan yang cemerlang, misalnya bagaimana cara membangun bangsa ini agar maju dan mandiri, maka itu memberikan pendidikan politik bagi masyarakat," ucap dia.
Lili menegaskan sudah saatnya meninggalkan cara-cara lama yang menghalalkan segala cara untuk merebut suara rakyat. Kampanye yang mengandalkan pencitraan, kampanye hitam, memobilisasi politik identitas dan sejenisnya tidak akan melahirkan pemimpin yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Dia menambahkan kampanye memang tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Justru partai dan para politikus harus mampu menjabarkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai program dan kebijakan.
"Partai dan kandidat presiden mestinya menjabarkan Pancasila dalam program dan kebijakan sehingga Pancasila benar-benar diimplementasikan bukan dijadikan slogan dan jargon-jargon saja. Saatnya dibumikan dalam aksi nyata," ujar dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)