Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo/Humas Pemprov Jateng.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo/Humas Pemprov Jateng.

Ganjar Pranowo di Posisi Teraniaya, Hati-hati PDIP Bisa Gigit Jari

Adri Prima • 25 Mei 2021 16:34
Jakarta: Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo ramai jadi perbincangan. Pasalnya, ia seperti dipinggirkan oleh partainya sendiri, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). 
 
Hal ini tak lepas dari arah pencalonan pilpres. Ganjar yang memiliki elektabilitas tinggi seakan menjadi ancaman bagi Puan Maharani yang dianggap sebagai pemegang trah PDIP. 
 
Paling anyar, Gubernur Jateng tersebut tidak diundang dalam acara pengarahan kader oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Padahal, acara tersebut berlangsung di Kantor DPD PDIP Jateng, Panti Marhaen, Kota Semarang, Sabtu, 22 Mei 2021.

Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD PDIP Jateng, Bambang Wuryanto, terang-terangan mengatakan semua kepala daerah asal PDIP di Jateng diundang, kecuali Ganjar.
 
Terkait dengan fenomena ini, Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group memperingatkan PDIP agar hati-hati dalam memperlakukan Ganjar Pranowo. Bagaimanapun Ganjar merupakan sosok yang dicintai masyarakat, bahkan elektabilitasnya jauh di atas Puan Maharani. 
 
Selain itu, berkaca dari sejarah, posisi Ganjar yang saat ini sebagai orang yang teraniaya bisa saja membuat PDIP nantinya gigit jari alias gagal total dalam Pilpres mendatang. 
 
"Dalam politik, orang teraniaya bisa berjaya. Dalam politik, ganjalan bisa berubah menjadi ganjaran. Ilmu politik menyebutnya underdog effect, efek teraniaya. Dalam agama pun doa orang-orang teraniaya katanya bakal terkabul," tulis Usman dikutip dari mediaindonesia.com. 
 
"Wali Kota Solo Jokowi yang teraniaya karena dibilang bodoh oleh Gubernur Jateng Bibit Waluyo berjaya menjadi Gubernur DKI lalu Presiden RI. Susilo Bambang Yudhoyono yang teraniaya karena dipecat Presiden Megawati dari jabatan menteri berjaya menjadi presiden. Partai Agus Harimurti yang teraniaya oleh Kongres Luar Biasa Moeldoko berjaya, elektabilitasnya (AHY) meningkat menurut sejumlah survei," sambung Usman. 
 
Lebih lanjut, upaya PDIP mengenyampingkan Ganjar juga berpotensi membuat elektabilitasnya makin kinclong. Di sisi lain, parpol-parpol berwatak realistis cenderung mendukung dan mengusung kandidat yang elektabilitasnya tinggi. 
 
"Dulu, petinggi parpol-parpol, termasuk PDIP, menyepelekan Jokowi yang cuma kader indekos satu parpol. Akan tetapi, demi melihat elektabilitasnya yang tinggi, PDIP pun kesengsem dan mengusung Jokowi sebagai capres di Pilpres 2014. Kalaupun PDIP tetap mengganjal Ganjar, parpol lain mungkin akan mengusungnya sebagai capres jika," simpul Usman.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan