Jakarta: Reformasi partai politik (parpol) dinilai mendesak. Parpol disebut memiliki masalah berlarut-larut yang perlu diselesaikan.
Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aisah Putri Budiatri menyebut masalah itu, yakni pragmatisme, oligarkis, koruptif, dan disfungsi partai. Kemudian, mismanajemen partai, personalisasi partai, hingga dana partai yang tidak independen.
“Ini menunjukkan reformasi partai politik agenda yang mendesak,” kata Aisah dalam diskusi virtual, Kamis, 8 April 2021.
Aisah mencontohkan masalah personalisasi partai, yakni individu yang memiliki pengaruh dan kekuasaan atas partai. Fenomena itu ibarat buah simalakama bagi parpol.
Keuntungan personalisasi partai, kata Aisah, yakni relatif lebih solid, terhindar dari konflik, dan usia partai panjang. Di sisi lain, personalisasi partai berpotensi tidak memunculkan figur pemimpin alternatif.
“Kemudian sisi negatif lainnya sistem parpol tidak demokratis dan muncul dinasti politik oligarki,” papar dia.
Baca: Dianggap Memalsukan Mukadimah Demokrat, SBY Bakal Digugat
Aisah menyebut reformasi parpol harus didukung semua pihak. Parpol tak akan bisa melakukan reformasi sendiri.
“Reformasi parpol butuh dukungan pemerintah melalui, yakni paket Undang-Undang Politik yaitu Undang-Undang Pemilu, Undang-Undang Pilkada, dan Undang-Undang Partai Politik,” ujar Aisah.
Parpol dan politikus dinilai berperan membenahi internal partai. Hal itu dibarengi dengan satu suara merevisi konstitusi partai politik.
"Kalau tidak direformasi, ini akan merusak demokrasi Indonesia," tutur Aisah.
Jakarta: Reformasi
partai politik (parpol) dinilai mendesak. Parpol disebut memiliki masalah berlarut-larut yang perlu diselesaikan.
Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aisah Putri Budiatri menyebut masalah itu, yakni pragmatisme, oligarkis, koruptif, dan disfungsi partai. Kemudian, mismanajemen partai, personalisasi partai, hingga dana partai yang tidak independen.
“Ini menunjukkan reformasi partai politik agenda yang mendesak,” kata Aisah dalam diskusi virtual, Kamis, 8 April 2021.
Aisah mencontohkan masalah personalisasi partai, yakni individu yang memiliki pengaruh dan kekuasaan atas partai. Fenomena itu ibarat buah simalakama bagi parpol.
Keuntungan personalisasi partai, kata Aisah, yakni relatif lebih solid, terhindar dari konflik, dan usia partai panjang. Di sisi lain, personalisasi partai berpotensi tidak memunculkan figur pemimpin alternatif.
“Kemudian sisi negatif lainnya sistem parpol tidak demokratis dan muncul dinasti politik oligarki,” papar dia.
Baca: Dianggap Memalsukan Mukadimah Demokrat, SBY Bakal Digugat
Aisah menyebut reformasi parpol harus didukung semua pihak. Parpol tak akan bisa melakukan reformasi sendiri.
“Reformasi parpol butuh dukungan pemerintah melalui, yakni paket Undang-Undang Politik yaitu
Undang-Undang Pemilu, Undang-Undang Pilkada, dan Undang-Undang Partai Politik,” ujar Aisah.
Parpol dan politikus dinilai berperan membenahi internal partai. Hal itu dibarengi dengan satu suara merevisi konstitusi partai politik.
"Kalau tidak direformasi, ini akan merusak demokrasi Indonesia," tutur Aisah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)