Jakarta: Calon presiden (capres) alternatif dinilai harus dimunculkan untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada Pilpres 2024. Capres alternatif ialah tokoh yang mewakili masa depan bangsa, ahli dalam bidang tertentu, antikorupsi, sekaligus memiliki konsep dan strategi membuat negara menjadi lebih baik.
“Saya coba tawarkan nama seperti mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie. Beliau tokoh yang secara rasional dan empiris bisa diterima. Ada juga Ilham Akbar Habibie. Memang dia belum terlalu terkenal, tapi punya darah pemimpin. Selain itu Ilham sangat ahli di bidang teknologi” ujar Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, dalam acara diskusi bertajuk “Capres Alternatif, Mengapa Tidak?” yang diselenggarakan oleh Komite Pemilih (TEPI) Indonesia, Kamis, 8 September 2022.
Sementara itu, Koordinator TEPI Indonesia Jeirry Sumampouw mengatakan pilpres harus menjadi ajang kontestasi gagasan dan arena persaingan ide. Oleh sebab itu, wacana capres alternatif harus didukung oleh masyarakat agar nama-nama yang muncul tidak hanya yang sudah di-branding partai politik.
"Banyak sekali figur yang memiliki prestasi namun kurang diperbincangkan karena namanya tidak banyak beredar di media, seperti Prof. Haedar Nashir dari Muhamadiyah, Gus Yahya dari PBNU, Jimly Asshiddique, dan Ilham Akbar Habibie yang merupakan seorang cendekiawan terkemuka di bidang teknologi,” ujar Jeirry.
Peneliti kepemiluan PP AIPI, Ferry Daud Liando, menilai wacana capres alternatif dapat menjadi terobosan untuk mencegah terjadinya golput pada Pilpres 2024. Dari penelitian yang pernah dilakukan pada 2015, kata dia, ditemukan fakta bawah faktor-faktor yang menyebabkan pemilih tidak menggunakan hak pilih, di antaranya akibat kejenuhan terhadap calon-calon yang tampil berkompetisi pada pemilu.
Sehingga, menurut dia, capres alternatif dapat memecah kebosanan publik terhadap calon yang sudah lebih dulu bererdar dari partai politik. Dia pun berharap parpol bersifat selektif dalam menyeleksi calon. Banyak figur-figur yang sudah teruji, tidak korup, visioner, dan nasionalis tapi tidak diberi ruang oleh parpol untuk menjadi calon.
Parpol juga kerap hanya terjebak pada hasil-hasil survei dan pemodal. Padahal hasil survei sebatas mengukur popularitas, bukan mengukur kinerja, kejujuran, dan visi.
Pada kesempatan lain, Seknas FITRA, Baidul Hadi, mengungkapkan capres alternatif harus menjadi diskursus publik, dengan cara ditawarkan oleh lembaga survei kepada masyarakat selain dari tokoh yang sudah ada. “Banyak tokoh nasional alternatif yang tidak masuk ke dalam radar lembaga survei, contohnya anak dari mantan Presiden Habibie, Ilham Akbar Habibie, yang bisa menjadi pilihan capres alternatif,” pungkas dia.
Jakarta: Calon presiden (
capres) alternatif dinilai harus dimunculkan untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada
Pilpres 2024. Capres alternatif ialah tokoh yang mewakili masa depan bangsa, ahli dalam bidang tertentu, antikorupsi, sekaligus memiliki konsep dan strategi membuat negara menjadi lebih baik.
“Saya coba tawarkan nama seperti mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie. Beliau tokoh yang secara rasional dan empiris bisa diterima. Ada juga Ilham Akbar Habibie. Memang dia belum terlalu terkenal, tapi punya darah pemimpin. Selain itu Ilham sangat ahli di bidang teknologi” ujar Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, dalam acara diskusi bertajuk “Capres Alternatif, Mengapa Tidak?” yang diselenggarakan oleh Komite Pemilih (TEPI) Indonesia, Kamis, 8 September 2022.
Sementara itu, Koordinator TEPI Indonesia Jeirry Sumampouw mengatakan pilpres harus menjadi ajang kontestasi gagasan dan arena persaingan ide. Oleh sebab itu, wacana capres alternatif harus didukung oleh masyarakat agar nama-nama yang muncul tidak hanya yang sudah di-branding partai politik.
"Banyak sekali figur yang memiliki prestasi namun kurang diperbincangkan karena namanya tidak banyak beredar di media, seperti Prof. Haedar Nashir dari Muhamadiyah, Gus Yahya dari PBNU, Jimly Asshiddique, dan Ilham Akbar Habibie yang merupakan seorang cendekiawan terkemuka di bidang teknologi,” ujar Jeirry.
Peneliti kepemiluan PP AIPI, Ferry Daud Liando, menilai wacana capres alternatif dapat menjadi terobosan untuk mencegah terjadinya golput pada Pilpres 2024. Dari penelitian yang pernah dilakukan pada 2015, kata dia, ditemukan fakta bawah faktor-faktor yang menyebabkan pemilih tidak menggunakan hak pilih, di antaranya akibat kejenuhan terhadap calon-calon yang tampil berkompetisi pada pemilu.
Sehingga, menurut dia, capres alternatif dapat memecah kebosanan publik terhadap calon yang sudah lebih dulu bererdar dari partai politik. Dia pun berharap
parpol bersifat selektif dalam menyeleksi calon. Banyak figur-figur yang sudah teruji, tidak korup, visioner, dan nasionalis tapi tidak diberi ruang oleh parpol untuk menjadi calon.
Parpol juga kerap hanya terjebak pada hasil-hasil survei dan pemodal. Padahal hasil survei sebatas mengukur popularitas, bukan mengukur kinerja, kejujuran, dan visi.
Pada kesempatan lain, Seknas FITRA, Baidul Hadi, mengungkapkan capres alternatif harus menjadi diskursus publik, dengan cara ditawarkan oleh lembaga survei kepada masyarakat selain dari tokoh yang sudah ada. “Banyak tokoh nasional alternatif yang tidak masuk ke dalam radar lembaga survei, contohnya anak dari mantan Presiden Habibie, Ilham Akbar Habibie, yang bisa menjadi pilihan capres alternatif,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)