Meutya Hafid (tengah) Foto: MI/M. Irfan
Meutya Hafid (tengah) Foto: MI/M. Irfan

Pencekalan Panglima Mencederai Hubungan Indonesia-AS

Ilham wibowo • 23 Oktober 2017 11:35
medcom.id, Jakarta: Pencekalan Panglima TNI Jenderal Gatot Nuryanto oleh otoritas Amerika Serikat (AS) dinilai bisa mencederai hubungan diplomatik kedua negara. Gatot batal memenuhi undangan yang langsung diberikan dari Panglima Militer AS Joseph F. Durford.
 
"Saya menilai insiden ditolaknya Panglima dapat mencederai hubungan Indonesia-AS. Suka tidak suka pasti ada pengaruh," kata Wakil Ketua Komisi I Meutya Hafid melalui keterangan tertulis, Senin 23 Oktober 2017.
 
Menurut dia, pengaruh urusan internasional itu terjadi lantaran Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi telah mengeluarkan nota diplomatik kepada AS. Nota diplomatik dikeluarkan bilamana sebuah negara merasa ada masalah yang perlu dipertanyakan secara tertulis.

"AS harus bisa menjelaskan atau menjawab nota Indonesia. Kenapa Panglima TNI yang sudah diundang secara resmi justru mendapat red notice saat akan berangkat," ujar Meutya.
 
Ia menilai permintaan maaf yang disampaikan kedutaan besar AS di Jakarta belum cukup untuk mengakhiri polemik ini. Mestinya, kata dia, penyampaian permintaan maaf tersebut dilayangkan langsung oleh Menteri Luar Negeri AS. Selain Gatot secara pribadi, pencekalan tersebut juga dianggap telah mencederai bangsa Indonesia.
 
"Saya rasa ini yang menjadi pertanyaan besar masyarakat Indonesia yang perlu dijawab oleh AS. Red notice sesuatu yang serius, ia tidak ujug-ujug keluar tanpa alasan," ucap politikus Golkar itu.
 
Baca: Wadubes AS Pastikan Panglima TNI Bisa Berangkat Tanpa Hambatan
 
Kementerian AS dinilai perlu merespon insiden pencekalan ini. Meutya menganggap AS punya itikad baik lantaran telah menjadi mitra strategis terutama dalam bidang militer.
 
"Ini supaya tidak ada asumsi-asumsi terhadap AS juga. Mudah-mudahan ini hanya blunder di internal mereka. Namun, itu perlu dijelaskan," ujarnya.
 
Panglima TNI bersama rombongan ditolak masuk ke Amerika Serikat saat akan menaiki pesawat di Bandara Soekarno Hatta, Sabtu petang 21 Oktober 2017. Gatot sedianya bakal menghadiri acara Chiefs of Defence Conference on Country Violent Extremist Organizations (VEOs) yang akan dilaksanakan pada 23-24 Oktober di Washington DC.
 
Namun, beberapa saat sebelum keberangkatan, petugas pesawat dari maskapai Emirates--pesawat yang bakal digunakan rombongan Panglima--memberi tahu bahwa US Custom and Border Protection melarang pesawat itu memasuki wilayah AS.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan