Jakarta: Pejabat publik diminta menghindari diksi atau istilah yang membuat gaduh. Hal tersebut merespons polemik soal toa masjid yang muncul akibat pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Baca: Menag Yaqut Diminta Introspeksi Diri
"Mengatur kehidupan beragama harus dengan kebijaksanaan yang tinggi, sebaiknya menghindari diksi yang memancing emosi, atau yang merendahkan," kata Ketua Institut Harkat Bangsa Sudirman Said melalui keterangan tertulis, Sabtu, 26 Februari 2022.
Menag Yaqut menyoal volume pengeras suara masjid yang membuat kebisingan saat berbunyi bersamaan. Menurut Sudirman, pejabat setingkat menteri seharusnya bijak merespons hal tersebut. Yaqut diminta menjaga kerukunan dan kedamaian, bukan malah menyulut kontroversi yang tidak perlu.
Sudirman meminta pejabat publik memedomani wejangan mantan Menteri Keuangan Frans Seda. Menurut Sudirman, pejabat tinggi memiliki tiga peran.
"Satu, pembantu presiden, dua pemimpin sektor/institusi yang dipimpinnya, dan tiga tokoh masyarakat," kata dia.
Menurut Sudirman, peran sebagai tokoh masyarakat yang paling mengikat. Sehingga, segala ucapat, tindakan, perilakunya menjadi perhatian dan rujukan publik.
"Kesadaran sebagai tokoh masyarakat ini tampaknya tidak cukup tebal atau mulai luntur. Itu yang membuat pernyataan dan tindakan kontroversial banyak tampil ke wilayah publik," tutur Sudirman.
Dia mengatakan hal tersebut menyeret energi bangsa pada polemik dan kontroversi yang tak produktif. Termasuk, menurunkan standar moralitas bernegara.
"Kalau pernyataannya mengabaikan kepatutan, tidak menuju pada kemanfaatan umum, membuat banyak mudharat, maka orang-orang awam juga bisa bersikap, 'dia saja begitu, saya juga bisa lebih konyol lah'," kata Sudirman.
Jakarta: Pejabat publik diminta menghindari diksi atau istilah yang membuat gaduh. Hal tersebut merespons polemik soal toa masjid yang muncul akibat pernyataan Menteri Agama
Yaqut Cholil Qoumas.
Baca:
Menag Yaqut Diminta Introspeksi Diri
"Mengatur kehidupan beragama harus dengan kebijaksanaan yang tinggi, sebaiknya menghindari diksi yang memancing emosi, atau yang merendahkan," kata Ketua Institut Harkat Bangsa Sudirman Said melalui keterangan tertulis, Sabtu, 26 Februari 2022.
Menag Yaqut menyoal volume
pengeras suara masjid yang membuat kebisingan saat berbunyi bersamaan. Menurut Sudirman, pejabat setingkat menteri seharusnya bijak merespons hal tersebut. Yaqut diminta menjaga kerukunan dan kedamaian, bukan malah menyulut kontroversi yang tidak perlu.
Sudirman meminta
pejabat publik memedomani wejangan mantan Menteri Keuangan Frans Seda. Menurut Sudirman, pejabat tinggi memiliki tiga peran.
"Satu, pembantu presiden, dua pemimpin sektor/institusi yang dipimpinnya, dan tiga tokoh masyarakat," kata dia.
Menurut Sudirman, peran sebagai tokoh masyarakat yang paling mengikat. Sehingga, segala ucapat, tindakan, perilakunya menjadi perhatian dan rujukan publik.
"Kesadaran sebagai tokoh masyarakat ini tampaknya tidak cukup tebal atau mulai luntur. Itu yang membuat pernyataan dan tindakan kontroversial banyak tampil ke wilayah publik," tutur Sudirman.
Dia mengatakan hal tersebut menyeret energi bangsa pada polemik dan kontroversi yang tak produktif. Termasuk, menurunkan standar moralitas bernegara.
"Kalau pernyataannya mengabaikan kepatutan, tidak menuju pada kemanfaatan umum, membuat banyak mudharat, maka orang-orang awam juga bisa bersikap, 'dia saja begitu, saya juga bisa lebih konyol lah'," kata Sudirman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)