“Kalau kita melihat kenapa meningkat itu karena el nino, yang benar saja?” kata Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Koentjoro dalam diskusi Crosscheck by Medcom.id dengan tema ‘Dinasti Menjadi-jadi, Pengadilan Rakyat Menanti’ yang disiarkan pada Minggu, 17 Maret 2024.
Koentjoro meyakini kenaikan harga beras karena bantuan sosial yang masif selama Pemilu 2024. Dia menduga ada permainan mafia yang sedang meminta uangnya dikembalikan.
“Itu sebetulnya, cadangan beras di blok habis karena digunakan untuk bansos, sehingga pemerintah tidak bisa berbuat sesuatu, dan ini direkayasa oleh tengkulak-tengkulak mafia itu untuk menarik kembali uangnya yang telah dikeluarkan untuk biaya kampanye tadi,” ucap Koentjoro.
Baca Juga: Masyarakat Diimbau Beli SPHP, Mendag: Beras Premium Harganya Lagi Gak Karuan! |
Sementara itu, Guru Besar Institute Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santoso menilai alasan kenaikan beras karena el nino sangat mengada-ada. Sebab, penurunan produksi beras di Indonesia tidak sampai setengah ton pada 2023.
“Fakta apa yang terjadi? Penurunan produksi di tahun 2023 itu hanya 0,4 juta ton,” ucap Andreas.
Dia mengamini el nino bisa menurunkan produksi beras. Bahkan, dia awalnya memprediksi penurunannya bisa sampai lima persen.
Namun, hanya 0,4 juta ton penurunan produksi beras yang terjadi pada 2023. Alasan pemerintah dinilai tidak rasional.
“Penurunan produksi selama el nino tahun 2023 hanya 0,4 juta toh, bahkan jauh lebih rendah dari prediksi saya,” ujar Andreas.
Dia menilai ada alasan lain atas kenaikan harga beras yang ditutupi pemerintah. Apalagi, negara mengimpor 3,6 juta ton beras dari negara lain tahun lalu.
“Kalau tahun 2023 itu rekor impor beras terbesar sepanjang 25 tahun terakhir dan kemudian 2024 memecahkan rektor baru,” tutur Andreas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News