Presiden keempat RI (alm) Abdurrahman Wahid.  Foto: MI/Irfan
Presiden keempat RI (alm) Abdurrahman Wahid. Foto: MI/Irfan

Nilai Keislaman Gus Dur Relevan Atasi Kebencian

Damar Iradat • 22 Desember 2016 07:22
medcom.id, Jakarta: Kondisi masyarakat yang mulai dipenuhi rasa curiga dan kebencian akhir-akhir ini perlu diatasi. Meneladani nilai keislaman Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dinilai relevan mengatasi hal tersebut.
 
Alissa Wahid, putri sulung Gus Dur mengatakan, untuk menghadapi tantangan meningkatnya kebencian sesama muslim maupun terhadap kelompok lain akhir-akhir ini, nilai keislaman yang diperjuangkan Gus Dur dinilai semakin relevan untuk digemakan kembali.
 
Menurutnya, ketegangan yang tak jarang berakhir dengan konflik kekerasan biasanya dipicu sikap merasa benar sendiri dan mudah menyalahkan yang lain. Sikap ini, kata dia, makin mengeras dan berdampak negatif jika dipengaruhi faktor politik, ekonomi, dan sosial.
 
Situasi ini sangat mudah dijumpai di media-media sosial akhir-akhir ini. Padahal, nilai-nilai keislaman mewajibkan pada perdamaian dan tak mudah berburuk sangka.
 
“Situasi ini dapat menganggu citra Islam, terutama bagi Indonesia yang menjadi model keislaman yang damai dan ramah di mata dunia. Oleh karena itu, pada Peringatan ke-7 Tahun Wafatnya Gus Dur, Jumat, 23 Desember ini mengambil tema ‘Mengaji Gus Dur; Menebar Damai Menuai Rahmat," kata Alissa dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/12/2016).
 
Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang kerap melanjutkan tradisi para ulama pendahulunya dengan menghadirkan Islam yang ramah dan damai. Presiden ke-4 RI itu selalu membela kepentingan kaum yang lemah, dan dapat beradaptasi serta menerima budaya lokal.
 
Nilai keislaman yang Gus Dur perjuangkan berusaha untuk menyapa dan merangkul semua kelompok. Gusdur selalu meyakinkan bahwa keislaman dapat bersanding dengan nilai-nilai kebangsaan dan demokrasi, menjunjung tinggi penghormatan hak asasi, menghargai perbedaan, serta mengutamakan persatuan dan persaudaraan.
 
Pada saat bersamaan, orang juga makin merindukan Gus Dur di saat tak sedikit para pejabat publik bertindak melawan rakyat atas nama pembangunan. “Di sejumlah daerah kita masih menyaksikan rakyat kecil ditinggalkan bahkan dirampas haknya dan kelompok minoritas ditekan. Di saat itu orang-orang rindu Gus Dur,” tuturnya.
 
Peringatan Ke-7  Tahun ini diisi kegiatan tahlil, Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, Taushiah, Doa Bersama, Deklarasi Damai, dan Pembacaan Puisi.
 
Sejumlah tokoh agama, tokoh pemerintah, tokoh masyarakat, dan budayawan yang hadir antara lain sahabat dan budayawan KH. Achmad Mustofa Bisri, ulama asal Kudus Habib Ja’far Alkaff, ulama asal Semarang Habib Umar Muthohar, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH. Said Aqil Siradj, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Budayawan Joko Pinurbo, Putu Wijaya, Acep Zamzam Noor, dan Cici Paramida. Acara ini akan dimeriahkan pula oleh penampilan band musik tradisi Kunokini.
 
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ini akan diikuti ribuan orang yang datang dari wilayah Jabodetabek dan sekitarnya. Mereka terdiri dari anggota majelis taklim, komunitas, hingga kalangan umum. Di pagi hari, mulai pukul 07.00 hingga 16.00 WIB, diisi Khotmil Qur’an (membaca tuntas 30 juz al-Qur’an).
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan