Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus berupaya mengomunikasikan kegiatan Presidensi G20 ke akar rumput atau masyarakat awam. Salah satu caranya lewat standup comedy (komedi tunggal).
Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kominfo, Hasyim Gautama, mengatakan langkah membungkus materi tentang G20 dengan komedi merupakan inovasi yang luar biasa.
Menurut dia, untuk mengoptimalkan posisi Indonesia sebagai penyelenggara G20, diperlukan komunikasi yang terintegrasi, sehingga mampu membangun brand awareness dan reputasi bangsa Indonesia dalam kegiatan tingkat internasional. Puncak kegiatan ini akan dilaksanakan KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022.
“Tentu dunia akan menyoroti kita dalam peran sebagai presidensi dan tuan rumah sehingga persiapan yang matang harus kita upayakan dengan optimal,” ujar Hasyim dalam Workshop Produksi Konten dan Kompetisi Standup Comedy Seputar G20, dilansir pada Rabu, 9 November 2022.
Hasyim menjelaskan seperti tema Presidensi G20, yakni Recover Together, Recover Stronger, gagasan terkait G20 dalam komedi tunggal adalah bentuk kolaborasi dan kontribusi bersama. “Harapannya kegiatan ini menjadi pemantik semangat untuk kita semua,” kata dia.
Tenaga Ahli Menteri Kominfo, Devi Rahmawati, mengatakan berbagai isu serius juga dapat disampaikan dengan pendekatan lebih santai, bahkan lucu. “Dengan adanya ketegangan dalam keseharian kita, komedi bisa lebih menarik perhatian masyarakat, setidaknya untuk mengetahui ada Presidensi G20 Indonesia," ungkap Devi.
Sementara itu, Komika Vikri Rasta, mengatakan komedi adalah cara yang paling tepat untuk mengkritisi sesuatu yang harus dikritik. “Hanya melalui komedi, seseorang yang dikritik tetap bisa menanggapinya dengan tertawa,” kata dia.
Namun, kata Vikri, seorang komika juga memiliki batasan dalam diri saat berkarya. “Kita harus tahu batasannya ada di mana. Dari setiap batasan yang diciptakan dalam berkarya ada konsekuensinya. Nah, setiap konsekuensi itu kembali ke diri kita masing-masing. Mau ambil konsekuensinya atau tidak,” kaat Vikri.
Vikri pun menyampaikan harapan dari event G20. Dia berharap lewat ajang ini, semakin banyak orang asing yang belajar Bahasa Indonesia.
Influencer TikTok, Emjeh, memaparkan pandangannya dari sisi media sosial TikTok. Menurut dia, shifting (peralihan) media sosial saat ini benar-benar menarik, karena kesukaan setiap orang berbeda-beda.
“Media sosial saat ini tergantung algoritma. Algoritma dalam TikTok itu interest based. Apa yang orang suka, itulah yang akan dimunculkan ke pengguna. Sehingga saat orang buka TikTok, yang dilihat hanya apa yang disukai sampai enggak ingat waktu lagi,” jelas dia.
Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika (
Kominfo) terus berupaya mengomunikasikan kegiatan
Presidensi G20 ke akar rumput atau masyarakat awam. Salah satu caranya lewat
standup comedy (komedi tunggal).
Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kominfo, Hasyim Gautama, mengatakan langkah membungkus materi tentang G20 dengan komedi merupakan inovasi yang luar biasa.
Menurut dia, untuk mengoptimalkan posisi Indonesia sebagai penyelenggara G20, diperlukan komunikasi yang terintegrasi, sehingga mampu membangun
brand awareness dan reputasi bangsa Indonesia dalam kegiatan tingkat internasional. Puncak kegiatan ini akan dilaksanakan
KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022.
“Tentu dunia akan menyoroti kita dalam peran sebagai presidensi dan tuan rumah sehingga persiapan yang matang harus kita upayakan dengan optimal,” ujar Hasyim dalam
Workshop Produksi Konten dan Kompetisi
Standup Comedy Seputar G20, dilansir pada Rabu, 9 November 2022.
Hasyim menjelaskan seperti tema Presidensi G20, yakni
Recover Together, Recover Stronger, gagasan terkait G20 dalam komedi tunggal adalah bentuk kolaborasi dan kontribusi bersama. “Harapannya kegiatan ini menjadi pemantik semangat untuk kita semua,” kata dia.
Tenaga Ahli Menteri Kominfo, Devi Rahmawati, mengatakan berbagai isu serius juga dapat disampaikan dengan pendekatan lebih santai, bahkan lucu. “Dengan adanya ketegangan dalam keseharian kita, komedi bisa lebih menarik perhatian masyarakat, setidaknya untuk mengetahui ada Presidensi G20 Indonesia," ungkap Devi.
Sementara itu, Komika Vikri Rasta, mengatakan komedi adalah cara yang paling tepat untuk mengkritisi sesuatu yang harus dikritik. “Hanya melalui komedi, seseorang yang dikritik tetap bisa menanggapinya dengan tertawa,” kata dia.
Namun, kata Vikri, seorang komika juga memiliki batasan dalam diri saat berkarya. “Kita harus tahu batasannya ada di mana. Dari setiap batasan yang diciptakan dalam berkarya ada konsekuensinya. Nah, setiap konsekuensi itu kembali ke diri kita masing-masing. Mau ambil konsekuensinya atau tidak,” kaat Vikri.
Vikri pun menyampaikan harapan dari
event G20. Dia berharap lewat ajang ini, semakin banyak orang asing yang belajar Bahasa Indonesia.
Influencer TikTok, Emjeh, memaparkan pandangannya dari sisi media sosial TikTok. Menurut dia,
shifting (peralihan) media sosial saat ini benar-benar menarik, karena kesukaan setiap orang berbeda-beda.
“Media sosial saat ini tergantung algoritma. Algoritma dalam TikTok itu interest based. Apa yang orang suka, itulah yang akan dimunculkan ke pengguna. Sehingga saat orang buka TikTok, yang dilihat hanya apa yang disukai sampai enggak ingat waktu lagi,” jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)