medcom.id, Jakarta: Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta wartawan obyektif dalam menulis berita. Sikap itu merupakan kewajiban dan diperlukan oleh pekerja media.
"Coba anda tulis dengan obyektif. Jangan mau hak, tidak mau kewajiban," kata Kalla usai membuka World Press Freedom Day 2017 di JCC Senayan, Jakarta, Rabu 3 Mei 2017.
Kekerasan kepada pewarta, menurut JK, salah satunya disebabkan isi berita. Karena itu perlu cara kerja obyektif dan memuliakan fakta dalam laporan jurnalistik. "Kalau anda menulis hal fitnah pasti orang marah juga kan," sambung JK.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara sebelumnya menyebut harus ada pendalaman terkait kekerasan pers. "Seolah ada peningkatan kekerasan terhadap wartawan, tapi ini harus dilihat lebih dalam," katanya.
Rudiantara mencontohkan peristiwa pesawat jatuh di Medan tahun lalu. Terjadi keributan antara aparat dan wartawan yang ingin mengambil gambar kejadian.
Rudiantara menyebut hal itu tak bisa dikatakan sebagai kekerasan pada jurnalis. Sebab, aparat memiliki motif tertentu mencegah wartawan masuk ke lokasi kecelakaan.
"Aparat ingin mengamankan lokasi. Pesawat jatuh kan ada fuel (bahan bakar), tujuannya mengamankan supaya jangan ada korban tambahan," terangnya.
Selama ini Pemerintah menjamin kebebasan terhadap jurnalis dalam menjalakan tugas. Tapi tidak bisa digeneralisasi kejadian yang menimpa wartawan semuanya bentuk kekerasan.
Rudiantara melihat trend kekerasan tak lagi didominasi sikap aparat terhadap media. Belakangan ini ketika demonstrasi masyarakat sedang ramai, gesekan terjadi antara pengunjuk rasa dengan wartawan.
"Justru yang banyak itu tidak kayak dulu, melibatkan aparat, tapi masyarakat. Dalam bentuk gesekan," kata Rudiantara.
medcom.id, Jakarta: Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta wartawan obyektif dalam menulis berita. Sikap itu merupakan kewajiban dan diperlukan oleh pekerja media.
"Coba anda tulis dengan obyektif. Jangan mau hak, tidak mau kewajiban," kata Kalla usai membuka World Press Freedom Day 2017 di JCC Senayan, Jakarta, Rabu 3 Mei 2017.
Kekerasan kepada pewarta, menurut JK, salah satunya disebabkan isi berita. Karena itu perlu cara kerja obyektif dan memuliakan fakta dalam laporan jurnalistik. "Kalau anda menulis hal fitnah pasti orang marah juga kan," sambung JK.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara sebelumnya menyebut harus ada pendalaman terkait kekerasan pers. "Seolah ada peningkatan kekerasan terhadap wartawan, tapi ini harus dilihat lebih dalam," katanya.
Rudiantara mencontohkan peristiwa pesawat jatuh di Medan tahun lalu. Terjadi keributan antara aparat dan wartawan yang ingin mengambil gambar kejadian.
Rudiantara menyebut hal itu tak bisa dikatakan sebagai kekerasan pada jurnalis. Sebab, aparat memiliki motif tertentu mencegah wartawan masuk ke lokasi kecelakaan.
"Aparat ingin mengamankan lokasi. Pesawat jatuh kan ada fuel (bahan bakar), tujuannya mengamankan supaya jangan ada korban tambahan," terangnya.
Selama ini Pemerintah menjamin kebebasan terhadap jurnalis dalam menjalakan tugas. Tapi tidak bisa digeneralisasi kejadian yang menimpa wartawan semuanya bentuk kekerasan.
Rudiantara melihat trend kekerasan tak lagi didominasi sikap aparat terhadap media. Belakangan ini ketika demonstrasi masyarakat sedang ramai, gesekan terjadi antara pengunjuk rasa dengan wartawan.
"Justru yang banyak itu tidak kayak dulu, melibatkan aparat, tapi masyarakat. Dalam bentuk gesekan," kata Rudiantara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)