medcom.id, Jakarta: Presiden Joko Widodo mengatakan penyebab melemahnya nilai tukar rupiah karena ada penarikan dolar Amerika Serikat. Ia menegaskan masalah ini harus diselesaikan.
"Ada penarikan dolar pulang kampung ke Amerika. Dibadingkan negara lain, kita hanya mengalami sedikit pelemahan, antara empat sampai enam persen naik turunnya," kata Jokowi saat dialog di Metro Tv, Rabu (7/1/2015).
Dia berharap, publik tidak terlalu panik dan risau menghadapi melemahnya nilai tukar rupiah. "Karena, makro ekonomi dan ruang fiskal APBN kita mulai baik," ujarnya.
Jokowi menyampaikan, pemerintah selalu bertemu dengan Gubernur Bank Indonesia untuk memantau dan mencari jalan keluar paling cepat dalam menyelesaikan masalah ini. Menurut dia, meski nilai tukar rupiah naik turun tapi masih dalam kendali.
"Kadang rupiah melemah dan kadang menguat sedikit. Ini masih dalam pengendalian, dan sekali lagi kita tidak perlu terlalu risau," terangnya.
Jokowi juga menyampaikan keyakinannya perekonomian akan tumbuh tujuh persen pada tahun ketiga. Pertumbuhan ekonomi bisa membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Setelah ekonomi tumbuh, akan ada pemerataan di semua masyarakat," terangnya.
Pengurangan subsidi bahan bakar minyak menjadi salah satu jalan pemerintahan Jokowi untuk meningkatkan perekonomian. Setahun, menurut dia, subsidi BBM menghabiskan Rp280 triliun. "Dan itu 70 persen dinikmati yang punya mobil," paparnya.
Jokowi ingin subsidi benar-benar dinikmati masyarakat yang membutuhkan seperti untuk pembangunan irigasi, pupuk, traktor, kapal nelayan, dan modal usaha kecil. "Kami akan dorong untuk itu," tukasnya.
Mulai Januari 2016, subsidi tepat sasaran akan direalisasikan. Saat ini, program itu masih disiapkan. Beberapa sudah dilaksanakan seperti irigasi dan traktor untuk petani. "Saya kira ini akan terus berjalan," imbuhnya.
medcom.id, Jakarta: Presiden Joko Widodo mengatakan penyebab melemahnya nilai tukar rupiah karena ada penarikan dolar Amerika Serikat. Ia menegaskan masalah ini harus diselesaikan.
"Ada penarikan dolar pulang kampung ke Amerika. Dibadingkan negara lain, kita hanya mengalami sedikit pelemahan, antara empat sampai enam persen naik turunnya," kata Jokowi saat dialog di
Metro Tv, Rabu (7/1/2015).
Dia berharap, publik tidak terlalu panik dan risau menghadapi melemahnya nilai tukar rupiah. "Karena, makro ekonomi dan ruang fiskal APBN kita mulai baik," ujarnya.
Jokowi menyampaikan, pemerintah selalu bertemu dengan Gubernur Bank Indonesia untuk memantau dan mencari jalan keluar paling cepat dalam menyelesaikan masalah ini. Menurut dia, meski nilai tukar rupiah naik turun tapi masih dalam kendali.
"Kadang rupiah melemah dan kadang menguat sedikit. Ini masih dalam pengendalian, dan sekali lagi kita tidak perlu terlalu risau," terangnya.
Jokowi juga menyampaikan keyakinannya perekonomian akan tumbuh tujuh persen pada tahun ketiga. Pertumbuhan ekonomi bisa membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Setelah ekonomi tumbuh, akan ada pemerataan di semua masyarakat," terangnya.
Pengurangan subsidi bahan bakar minyak menjadi salah satu jalan pemerintahan Jokowi untuk meningkatkan perekonomian. Setahun, menurut dia, subsidi BBM menghabiskan Rp280 triliun. "Dan itu 70 persen dinikmati yang punya mobil," paparnya.
Jokowi ingin subsidi benar-benar dinikmati masyarakat yang membutuhkan seperti untuk pembangunan irigasi, pupuk, traktor, kapal nelayan, dan modal usaha kecil. "Kami akan dorong untuk itu," tukasnya.
Mulai Januari 2016, subsidi tepat sasaran akan direalisasikan. Saat ini, program itu masih disiapkan. Beberapa sudah dilaksanakan seperti irigasi dan traktor untuk petani. "Saya kira ini akan terus berjalan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)