Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) hasil perombakan atau reshuffle Kabinet Kerja Jilid II Muhadjir Effendy berpose untuk wartawan seusai acara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/7)--MI/PANCA SYURKANI
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) hasil perombakan atau reshuffle Kabinet Kerja Jilid II Muhadjir Effendy berpose untuk wartawan seusai acara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/7)--MI/PANCA SYURKANI

Kembangkan Pendidikan Vokasi, Menteri Muhadjir Gunakan 'Senjata Pokemon'

M Rodhi Aulia • 28 Juli 2016 17:06
medcom.id, Jakarta: Presiden Jokowi meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengembangkan pendidikan vokasi. Presiden berharap melalui pendidikan vokasi ini dapat meningkatkan daya tawar anak bangsa di dunia pekerjaan.
 
"Soal vokasi, kita harus lebih memahami secara menyeluruh. Yang selama ini dipahami oleh beberapa orang, itu SMK. Padahal itu bukan satu-satunya dan bukan segala-galanya," kata Muhadjir di Kantor Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (28/7/2016).
 
Muhadjir menilai pendidikan vokasi itu di SMK selama ini tidak praktis. Muhadjir ingin merombak paradigma berpikir terkait pendidikan vokasi. Muhadjir mengaku memiliki modal jajaran yang bertugas menyelenggarakan pendidikan vokasi.

"Jadi tidak hanya SMK. SMK terlalu general dan tidak spesifik. Tidak merinci, tidak operable. Pak Presiden contohkan, keterampilan orang bikin jendela," ungkap Muhadjir.
 
Menurut Muhadjir, pendidikan model ini bukan hal yang baru. Ia mencontohkan sarjana kedokteran ketika ingin menjadi dokter spesialis, misalnya spesialis mata, harus belajar dengan tekun terkait mata, sehingga pada akhirnya mendapatkan pengakuan.
 
Kembangkan Pendidikan Vokasi, Menteri Muhadjir Gunakan Senjata Pokemon
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy--Metrotvnews.com/ M Rodhi Aulia.

 
Begitu juga pendidikan vokasi. Muhadjir ingin menggalakkan pendidikan terkait keterampilan tertentu di mana para peserta didiknya akan mendapatkan sertifikat dari lembaga yang berwenang.
 
Pendidikan vokasi ini sangat penting sebagai langkah mengantisipasi persaingan mencari lapangan kerja yang tinggi. Muhadjir menegaskan pendidikan vokasi ke depan harus lebih spesifik.
 
"Hal itu, karena begitu cepatnya perkembangan lapangan kerja. Tapi tidak dijawab oleh lembaga vokasi kita secara dinamis. Itulah menjadi problem klasik dan itu tidak akan pernah selesai. Karena lapangan kerja itu jenis, varian dan tingkat kesulitannya itu cenderung mendahului model pendidikan vokasi yang ada. Dan di situlah kita harus merespons secara cepat," ucap dia.
 
Langkah yang paling mungkin agar pendidikan semakin menggelora adalah dengan menggandeng sejumlah lembaga dan kementerian yang memiliki badan pendidikan dan pelatihan (badiklat). Muhadjir ingin memberdayakan badiklat itu agar pendidikan vokasi berhasil.
 
"Mudah-mudahan saya mampu mengkoordinasikan antar kementerian. Ibarat Pokemon itu ada monster (badiklat) yang harus bisa saya ambil (berdayakan). Ada di KKP, Kemenlu, dan Kemenaker. Saya akan lacak pakai pokemon. Selama ini (mereka) jalannya sendiri-sendiri," tandas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan