Jakarta: Bon Setitit, namanya mungkin tak banyak didengar, namun tak begitu dengan masyarakat Maluku Tenggara. Sosok Bonaventura Setitit harum dikenang bahkan di setiap hari ulang tahun Maluku Tenggara pada Desember, namanya selalu dikumandangkan sebagai tokoh peletak dasar terbentuknya kabupaten tersebut.
"Ia meninggal di Jakarta pada tahun 1972, kalau dihitung waktu itu kami masih kecil, Sehingga tidak sempat melihat sosok bapak Bon Setitit seperti apa. Tapi setiap tahun kita dengar namanya dikumandangkan di hari ulang tahun Maluku Tenggara," ujar Bruno Ohoiwutun, Asisten Pemerintahan dan Sesba Kabupaten Maluku Tenggara.
Kamis, 1 Juli 2021 Harian Media Indonesia menggelar dialektika dengan tema "Patriotisme Bon Setitit: Kebangkitan Putra Kei" yang digelar secara virtual.
Diskusi yang berlangsung panjang ini berangkat dari sebuah buku dengan judul "Sebiji Dari Tenggara" yang berisi biografi Bonaventura Setitit. Yang dikenal sebagai tokoh fenomenal yang memiliki semangat juang dan patriotisme yang tinggi.
Mantan kepala staf TNI Angkatan Udara periode 2002/2005 itu kagum dengan sosok Bon Setitit. Menurutnya banyak nilai-nilai penting yang diungkap dalam buku ini yang hilang dari masyarakat masa kini.
"Merefleksikan sesuatu yang sangat langkah bagi generasi sekarang ini, perhatian terhadap sejarah terutama sejarah Indonesia. Sejarah tidak hanya dapat dilihat dari Pulau Jawa, Sumatra atau Kalimantan saja, tapi dapat dilihat secara utuh bagaimana sejarah itu terukir," kata Marsekal (Purn), Chappy Hakim, dalam diskusi yang berlangsung.
Buku ini ditulis oleh putra kedua dari Bon Setitit, yaitu Stephanus G. Setitit. Ia membagi kisahnya saat membuat buku ini serta hambatan yang ia lewati.
"Pada waktu 2011 saya memang napak tilas ke tempat-tempat ayah saya, pada waktu dia bekerja. Mulai dari Kei kecil, Kei besar, termasuk Kepulauan Tanimbar, saya ke Saumlaki, dengan begitu saya dapat memahami, merasakan, apa sebetulnya yang terjadi," kisah Stephanus dalam diskusi yang berlangsung.
Berkaca dari tokoh Bon Setitit yang gigih menggeluti dunia pendidikan, untuk membangun daerah asalnya, hingga menunjukkan bagaimana menjadi Indonesia. Banyak pihak berharap sifat baik ini bisa mengilhami generasi muda masa kini. Sehingga pembangunan di Indonesia dapat dipercepat dan merata di bagian barat maupun timur. (Imanuel Rymaldi Matatula)
Jakarta: Bon Setitit, namanya mungkin tak banyak didengar, namun tak begitu dengan masyarakat Maluku Tenggara. Sosok Bonaventura Setitit harum dikenang bahkan di setiap hari ulang tahun Maluku Tenggara pada Desember, namanya selalu dikumandangkan sebagai tokoh peletak dasar terbentuknya kabupaten tersebut.
"Ia meninggal di Jakarta pada tahun 1972, kalau dihitung waktu itu kami masih kecil, Sehingga tidak sempat melihat sosok bapak Bon Setitit seperti apa. Tapi setiap tahun kita dengar namanya dikumandangkan di hari ulang tahun Maluku Tenggara," ujar Bruno Ohoiwutun, Asisten Pemerintahan dan Sesba Kabupaten Maluku Tenggara.
Kamis, 1 Juli 2021 Harian Media Indonesia menggelar dialektika dengan tema "Patriotisme Bon Setitit: Kebangkitan Putra Kei" yang digelar secara virtual.
Diskusi yang berlangsung panjang ini berangkat dari sebuah buku dengan judul "Sebiji Dari Tenggara" yang berisi biografi Bonaventura Setitit. Yang dikenal sebagai tokoh fenomenal yang memiliki semangat juang dan
patriotisme yang tinggi.
Mantan kepala staf TNI Angkatan Udara periode 2002/2005 itu kagum dengan sosok Bon Setitit. Menurutnya banyak nilai-nilai penting yang diungkap dalam buku ini yang hilang dari masyarakat masa kini.
"Merefleksikan sesuatu yang sangat langkah bagi generasi sekarang ini, perhatian terhadap sejarah terutama sejarah Indonesia. Sejarah tidak hanya dapat dilihat dari Pulau Jawa, Sumatra atau Kalimantan saja, tapi dapat dilihat secara utuh bagaimana sejarah itu terukir," kata Marsekal (Purn), Chappy Hakim, dalam diskusi yang berlangsung.
Buku ini ditulis oleh putra kedua dari Bon Setitit, yaitu Stephanus G. Setitit. Ia membagi kisahnya saat membuat buku ini serta hambatan yang ia lewati.
"Pada waktu 2011 saya memang napak tilas ke tempat-tempat ayah saya, pada waktu dia bekerja. Mulai dari Kei kecil, Kei besar, termasuk Kepulauan Tanimbar, saya ke Saumlaki, dengan begitu saya dapat memahami, merasakan, apa sebetulnya yang terjadi," kisah Stephanus dalam diskusi yang berlangsung.
Berkaca dari tokoh Bon Setitit yang gigih menggeluti dunia pendidikan, untuk membangun daerah asalnya, hingga menunjukkan bagaimana menjadi Indonesia. Banyak pihak berharap sifat baik ini bisa mengilhami generasi muda masa kini. Sehingga pembangunan di Indonesia dapat dipercepat dan merata di bagian barat maupun timur. (
Imanuel Rymaldi Matatula)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)