Jakarta: Pemecatan secara permanen mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dipertanyakan. Terawan disebut tidak sedang melakukan kesalahan fatal.
"Kenapa dia harus diberi sanksi bahkan dipecat seperti itu?," kata Anggota Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning Proletariyati dalam cuplikan video yang diterima oleh Antara di Jakarta, Minggu, 26 Maret 2022.
Ribka menilai Terawan tidak melakukan kesalahan fatal yang merugikan orang banyak. Menurut Ribka, terdapat dokter lainnya yang melakukan malpraktek tetapi bisa lepas akibat ikatan profesi dokter yang begitu kuat.
"Melakukan DSA (Digital Substraction Angiography) enggak pernah ada korban, baik dari pejabat maupun rakyat biasa. Dilakukan dengan baik-baik," ucap dia.
Baca: Pemecatan Terawan Dinilai Berbahaya dan Membuat Takut Dokter Berinovasi
Terkait dengan kampanye vaksin Nusantara, Ribka merasa kampanye yang dilakukan Terawan justru patut diacungi jempol. Ketika negara mengimpor vaksin dari luar negeri, Terawan justru yakin bangsa Indonesia dapat membuat vaksin sendiri.
"Dia punya keyakinan bahwa suatu saat kita pasti bisa membuat vaksin, apalagi semakin ke sini, pernyataan Pak Jokowi semakin jelas bahwa kita harus mencintai produk dalam negeri," kata Ribka.
Ribka memandang bahwa Terawan telah berkontribusi dan bermanfaat bagi masyarakat luas melalui ilmunya sebagai seorang dokter. Ribka sangat menyayangkan keputusan Majelis Kode Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) yang memberhentikan Terawan dari IDI secara permanen.
"Lebih baik IDI memperjuangkan nasib dokter-dokter yang belum jelas, juga mencerdaskan adik-adik kita," jelas dia.
Jakarta: Pemecatan secara permanen mantan Menteri Kesehatan
Terawan Agus Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (
IDI) dipertanyakan. Terawan disebut tidak sedang melakukan kesalahan fatal.
"Kenapa dia harus diberi sanksi bahkan dipecat seperti itu?," kata Anggota Komisi IX
DPR Ribka Tjiptaning Proletariyati dalam cuplikan video yang diterima oleh Antara di Jakarta, Minggu, 26 Maret 2022.
Ribka menilai Terawan tidak melakukan kesalahan fatal yang merugikan orang banyak. Menurut Ribka, terdapat dokter lainnya yang melakukan malpraktek tetapi bisa lepas akibat ikatan profesi dokter yang begitu kuat.
"Melakukan DSA (Digital Substraction Angiography) enggak pernah ada korban, baik dari pejabat maupun rakyat biasa. Dilakukan dengan baik-baik," ucap dia.
Baca:
Pemecatan Terawan Dinilai Berbahaya dan Membuat Takut Dokter Berinovasi
Terkait dengan kampanye vaksin Nusantara, Ribka merasa kampanye yang dilakukan Terawan justru patut diacungi jempol. Ketika negara mengimpor vaksin dari luar negeri, Terawan justru yakin bangsa Indonesia dapat membuat vaksin sendiri.
"Dia punya keyakinan bahwa suatu saat kita pasti bisa membuat vaksin, apalagi semakin ke sini, pernyataan Pak Jokowi semakin jelas bahwa kita harus mencintai produk dalam negeri," kata Ribka.
Ribka memandang bahwa Terawan telah berkontribusi dan bermanfaat bagi masyarakat luas melalui ilmunya sebagai seorang dokter. Ribka sangat menyayangkan keputusan Majelis Kode Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) yang memberhentikan Terawan dari IDI secara permanen.
"Lebih baik IDI memperjuangkan nasib dokter-dokter yang belum jelas, juga mencerdaskan adik-adik kita," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)