Ngasiman melihat perkembangan teknologi informasi dan lingkungan strategis yang sangat cepat berubah. Kerangka RMA dalam pengembangan militer saat ini paling relevan digunakan untuk mengadaptasi situasi yang terus berkembang.
Ngasiman mengatakan salah satu konsep penting sabuk pertahanan negara kepulauan adalah dengan melakukan pengawasan secara dini dengan kekuatan matra TNI untuk mencegah musuh memasuki wilayah laut, udara, dan darat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“TNI dituntut untuk terus bertransformasi sesuai perkembangan zaman. Modernisasi alutsista, peningkatan efektivitas pengorganisasian, sistem pendukung yang interoperability dan kebijakan yang adaptif tidak bisa ditawar lagi,” kata Ngasiman, Jakarta, Selasa, 22 Maret 2022.
Buku Sabuk Pertahanan Negara Kepulauan dalam Kancah Revolution in Military Affairs ini telah dirilis Lembaga Kajian Nawacita (LKN), deCenter, dan Gerakan Indonesia Optimis (GIO) bekerja sama dengan PT Inti Kreasindo Nusantara (IKN).
Menteri Pertahanan periode 2009-2014, Purnomo Yusgiantoro, mengapresiasi peluncuran buku ini. Menurut dia, buku ini bisa menjadi referensi siapa saja yang menekuni atau mempelajari dunia militer dan pertahanan.
Menurut Purnomo, bagian menarik dari pembahasan buku ini bukan masalah pertahanan, karena itu selalu dibahas dan dibicarakan di forum-forum atau dunia akademik. Tapi, tentang RMA.
"Revolusi adalah perubahan secara cepat atau radikal, namun RMA dapat diartikan perubahan mendasar untuk membuat suatu pondasi bagi pengembangan dan peningkatan kemampuan militer sebuah negara. Buku ini bisa menjadi acuan bersama," kata Purnomo.
Baca: Prabowo Diundang Khusus, Indonesia-Arab Saudi Perkuat Kerja Sama Pertahanan
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono yang diwakili Laksamana Muda Cokky Hutabarat juga menyampaikan apresiasinya. Menurut dia, tantangan Indonesia sebagai negara kepulauan akan sangat besar, sehingga diperlukan sistem pertahanan negara yang kuat dan profesional mencakup pertahanan laut, udara, dan darat.
Dia menilai buku yang ditulis Ngasiman secara jeli melihat Indonesia yang merupakan negara kepulauan untuk membangun pertahanan dalam seluruh aspek. "Sebagai kepala staf saya mengapresiasi buku ini dan mendorong dilahirkannya ide-ide segar dalam perumusan pertahanan negara," kata Yudo.
Dalam kesempatan yang sama, anggota Komisi I Dave Laksono buku ini bisa menjadi acuan dan referensi semua pihak yang berkepentingan dalam dunia pertahanan. Baik bagi DPR, pemerintah, TNI, ataupun masyarakat.
"Komisi I yang membidangi masalah pertahanan dan keamanan sering mengadakan rapat dengan pemerintah, buku ini bisa menjadi cara pandang baru untuk meningkatkan pertahanan di negara kita, baik pertahanan laut, udara, dan darat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena ini berhubungan dengan anggaran pertahanan dan keamanan," ujar Dave.