Komisi III Pesimistis Soal Integritas Calon Hakim Agung

Jakarta: Ketua Komisi III Herman Heri mengaku pesimistis atas integrits dan kualitas ke 11 calon hakim agung yang mengikuti tahapan fit and proper test (uji kelayakan dan kepatutan) hakim Mahkamah Agung (MA). Jawaban para calon hakim agung saat menjawab pertanyaan dari anggota Komisi III dianggap belum memenuhi standar ekspektasi anggota dewan. "Dari hasil wawancara pertanyaan masing-masing, saya katakan bahwa bagus-bagus sekali juga tidak," ungkap Herman Hery di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 20 September 2021. Meski kecewa dengan kualitas para calon hakim agung, Herman Hery menjelaskan Komisi III tetap akan menyelesaikan proses uji kelayakan dan kepatutan ini. Proses uji kelayakan tetap dilakukan secara profesional mengingat kebutuhan hakim agung sangat mendesak. "Prinsipnya tentu kita tidak bisa dapat orang yang sempurna. Pasti setiap peserta ada kekurangan di sana-sini, namun situasi sekarang kebutuhan akan hakim agung itu yang pensiun lebih banyak daripada yang masuk," tegasnya. Baca: DPR Kebut Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Hakim Agung Herman Hery mengatakan 11 calon hakim harus menjawab pertanyaan wawancara tentang integritas dan rekam jejak para calon hakim. DPR juga menyoroti tentang tugas dan fungsi hakim agung sesuai dengan bidangnya masing-masing. "Dari 11 bisa lolos separuh misalnya enam saja sudah bagus. Itulah hasil dari wawancara yang kami dapatkan," ungkapnya. Herman Hery menjelaskan Komisi III memiliki standar yang tinggi terhadap kualtias hakim agung. Bila standar tersebut diikuti bukan tidak mungkin Komisi III menolak ke-11 calon hakim. Menurut Herman Hery, Komisi III memiliki hak untuk menilai kualitas para calon hakim agung. "Ini subjektivitas setiap anggota 50 sekian orang menilai. Tapi saya melihat secara umum itu tadi bahwa tidak ada yang sempurna, ada kurang lebih," ungkapnya.