Jakarta: Salah satu tujuan pemerintah menyalurkan bantuan sosial (bansos), yakni menjaga perekonomian masyarakat tetap bergerak. Namun, ada sejumlah aspek yang dipertanyakan terkait fungsi tersebut.
"Banyak sekali disebutkan fungsi bansos di era pandemi menjaga daya beli, tapi pernah enggak kita dengan kajian dasarnya," kata Founder Synergy Policies Dinna Prapto Raharja dalam diskusi virtual, Sabtu, 31 Juli 2021.
Dinna mempertanyakan dasar penentuan besaran bantuan yang diberikan. Salah satunya penyaluran bantuan sosial tunai (BST) selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4.
"Kenapa dikasih Rp600 ribu, Kenapa dikasih Rp1 juta," ungkap dia.
Baca: Bansos Dinilai Cenderung Dimanfaatkan untuk Kepentingan Politik
Dinna mempertanyakan hal itu karena ingin melihat efektivitas pembagian BST apakah berdampak terhadap daya beli masyarakat. Sebab, nilai yang diberikan tak berefek besar terhadap seluruh kelompok masyarakat.
Dia mencontohkan BST Rp600 ribu yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan Rp500 ribu. Bantuan tersebut dinilai tak dapat menaikkan daya beli masyarakat.
"Beda dengan kemudian punya kelonggaran lebih sehingga dia bisa memutar perekonomian dengan membeli barang yang lebih banyak, sehingga menjaga pabrik-pabrik berjalan," ujar dia.
Jakarta: Salah satu tujuan pemerintah menyalurkan bantuan sosial (
bansos), yakni menjaga perekonomian masyarakat tetap bergerak. Namun, ada sejumlah aspek yang dipertanyakan terkait fungsi tersebut.
"Banyak sekali disebutkan fungsi bansos di era pandemi menjaga daya beli, tapi pernah enggak kita dengan kajian dasarnya," kata Founder Synergy Policies Dinna Prapto Raharja dalam diskusi virtual, Sabtu, 31 Juli 2021.
Dinna mempertanyakan dasar penentuan besaran bantuan yang diberikan. Salah satunya penyaluran bantuan sosial tunai (
BST) selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (
PPKM) level 4.
"Kenapa dikasih Rp600 ribu, Kenapa dikasih Rp1 juta," ungkap dia.
Baca: Bansos Dinilai Cenderung Dimanfaatkan untuk Kepentingan Politik
Dinna mempertanyakan hal itu karena ingin melihat efektivitas pembagian BST apakah berdampak terhadap daya beli masyarakat. Sebab, nilai yang diberikan tak berefek besar terhadap seluruh kelompok masyarakat.
Dia mencontohkan BST Rp600 ribu yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan Rp500 ribu. Bantuan tersebut dinilai tak dapat menaikkan daya beli masyarakat.
"Beda dengan kemudian punya kelonggaran lebih sehingga dia bisa memutar perekonomian dengan membeli barang yang lebih banyak, sehingga menjaga pabrik-pabrik berjalan," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)