Jakarta: Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Ali Munhanif menganggap Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pesan menohok dalam pidato Kongres V PDI Perjuangan di Bali. Salah satunya menegaskan jika presiden terpilih, Joko Widodo hanya petugas partai.
Ali berpendapat, pidato tersebut seakan memenjarakan Jokowi. Bahkan, ia melihat, pernyataan Mega kemarin juga tampak sedikit mengancam.
"Pada (pemilu) 2014, Mega bilang bagaimanapun, Presiden Jokowi adalah petugas partai. Sekarang sedikit mengancam. Bilang, suara kami terbanyak dan Anda anggota kami maka sebaiknya di masa mendatang kita harus dapat terbanyak," ujar dia dalam diskusi Populi Center, Sabtu, 10 Agustus 2019.
Di sisi lain, Ali melihat pesan tersebut juga ditujukan pada partai oposisi yang merapat ke koalisi. Tak hanya itu, pesan Megawati itu juga menyiratkan koalisi Jokowi-Ma'ruf seakan kehilangan arah terkait bagaimana koalisi tersebut akan diwujudkan.
Padahal, koalisi seharusnya bukan hanya soal menang pemilu tetapi juga membangun bangsa. Ia melihat, hal tersebut tak lepas dari rangkaian dinamika politik pascapilpres 2019.
"Saya kira kita harus sadari bahwa sikap PDIP ini adalah sequence (rangkaian) logis dari dinamika politik menjelang pelantikan presiden," pungkas dia.
Ia juga menyebutkan bahwa politik di depan publik Mega tersebut kurang elegan sebagai koalisi. Ia membandingkan dengan Partai NasDem yang mendukung Jokowi tanpa syarat. Sikap tersebut dinilai cukup elegan dari segi misi pendidikan.
"Tapi karena niat Mega untuk memberi pesan pada partai lain, yang tiba-tiba merapat, padahal di luar koalisi," tutup dia.
Baca: Adu Watak Surya Paloh Versus Megawati di Pundak Jokowi
Dalam pembukaan Kongres V PDI Perjuangan, Megawati terang-terangan meminta jatah menteri pada Jokowi. Megawati ingin PDI Perjuangan dapat jatah terbanyak.
Bagi Megawati, tidak cukup menang di legislatif. Dia berseloroh Jokowi tidak membatasi jumlah menteri dari PDI Perjuangan, misalnya hanya empat menteri.
'Saya cuma dikasih empat, ya emoh! Tidak mau, orang yang enggak dapat saja minta,' kata Megawati disambut tawa hadirin
Jakarta: Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Ali Munhanif menganggap Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pesan menohok dalam pidato Kongres V PDI Perjuangan di Bali. Salah satunya menegaskan jika presiden terpilih, Joko Widodo hanya petugas partai.
Ali berpendapat, pidato tersebut seakan memenjarakan Jokowi. Bahkan, ia melihat, pernyataan Mega kemarin juga tampak sedikit mengancam.
"Pada (pemilu) 2014, Mega bilang bagaimanapun, Presiden Jokowi adalah petugas partai. Sekarang sedikit mengancam. Bilang, suara kami terbanyak dan Anda anggota kami maka sebaiknya di masa mendatang kita harus dapat terbanyak," ujar dia dalam diskusi Populi Center, Sabtu, 10 Agustus 2019.
Di sisi lain, Ali melihat pesan tersebut juga ditujukan pada partai oposisi yang merapat ke koalisi. Tak hanya itu, pesan Megawati itu juga menyiratkan koalisi Jokowi-Ma'ruf seakan kehilangan arah terkait bagaimana koalisi tersebut akan diwujudkan.
Padahal, koalisi seharusnya bukan hanya soal menang pemilu tetapi juga membangun bangsa. Ia melihat, hal tersebut tak lepas dari rangkaian dinamika politik pascapilpres 2019.
"Saya kira kita harus sadari bahwa sikap PDIP ini adalah sequence (rangkaian) logis dari dinamika politik menjelang pelantikan presiden," pungkas dia.
Ia juga menyebutkan bahwa politik di depan publik Mega tersebut kurang elegan sebagai koalisi. Ia membandingkan dengan Partai NasDem yang mendukung Jokowi tanpa syarat. Sikap tersebut dinilai cukup elegan dari segi misi pendidikan.
"Tapi karena niat Mega untuk memberi pesan pada partai lain, yang tiba-tiba merapat, padahal di luar koalisi," tutup dia.
Baca: Adu Watak Surya Paloh Versus Megawati di Pundak Jokowi
Dalam pembukaan Kongres V PDI Perjuangan, Megawati terang-terangan meminta jatah menteri pada Jokowi. Megawati ingin PDI Perjuangan dapat jatah terbanyak.
Bagi Megawati, tidak cukup menang di legislatif. Dia berseloroh Jokowi tidak membatasi jumlah menteri dari PDI Perjuangan, misalnya hanya empat menteri.
'Saya cuma dikasih empat, ya emoh! Tidak mau, orang yang enggak dapat saja minta,' kata Megawati disambut tawa hadirin
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DMR)