medcom.id, Kupang: Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya menilai kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke wilayahnya, secara tidak langsung, dapat meneguhkan tingginya tingkat kerukunan hidup beragama di provinsi berbasis kepulauan ini.
"Peneguhan ini ditunjukkan kepala negara di tengah maraknya pemberitaan soal insiden Tolikara di Tanah Papua yang telah mencoreng makna toleransi kehidupan beragama itu," kata Frans Lebu seperti dikutip Antara, Sabtu (25/7/2015).
Frans Lebu mengatakan, Presiden Jokowi mengajak semua pihak belajar hidup saling berdampingan, seperti yang telah dilakukan dan dibuktikan selama ini oleh umat beragama di NTT.
"Kerukunan hidup antaragama maupun antarumat beragama di daerah ini, mendapat pujian dimana-mana. Karena kita tidak pernah berkonflik karena perbedaan keyakinan. Ketika umat muslim membangun masjid, saudara-saudaranya dari nasrani ikut membantu. Demikian pun sebaliknya, jika umat nasrani membangun gereja, saudara-saudaranya dari muslim pasti akan ikut membantu," tambahnya.
Frans menegaskan, model kerukunan hidup beragam ini, sudah lama berlangsung di NTT, sehingga wilayahnya, bukan lagi berjuluk 'Nanti Tuhan Tolong atau Nasib Tidak Tentu', tetapi mendapat julukan baru 'Nusa Tetap Tenteram'.
"Predikat yang telah diakui secara nasional ini, harus kita implementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan hanya sekadar ucapan pemanis bibir belaka," ungkap dia.
Frans menambahkan, hari raya besar keagamaan merupakan wujud tertinggi dari makna toleransi yang harus dijunjung tinggi dan dihormati oleh setiap umat beragama.
Karena itu, ia mengharapkan semua elemen masyarakat, khususnya di NTT untuk tidak terprovokasi dengan insiden apapun yang bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) tersebut.
Ia juga berharap, toleransi kehidupan beragama di NTT patut ditiru oleh daerah lain, di tengah identitas bangsa yang berlandaskan Pancasila ini.
medcom.id, Kupang: Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya menilai kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke wilayahnya, secara tidak langsung, dapat meneguhkan tingginya tingkat kerukunan hidup beragama di provinsi berbasis kepulauan ini.
"Peneguhan ini ditunjukkan kepala negara di tengah maraknya pemberitaan soal insiden Tolikara di Tanah Papua yang telah mencoreng makna toleransi kehidupan beragama itu," kata Frans Lebu seperti dikutip
Antara, Sabtu (25/7/2015).
Frans Lebu mengatakan, Presiden Jokowi mengajak semua pihak belajar hidup saling berdampingan, seperti yang telah dilakukan dan dibuktikan selama ini oleh umat beragama di NTT.
"Kerukunan hidup antaragama maupun antarumat beragama di daerah ini, mendapat pujian dimana-mana. Karena kita tidak pernah berkonflik karena perbedaan keyakinan. Ketika umat muslim membangun masjid, saudara-saudaranya dari nasrani ikut membantu. Demikian pun sebaliknya, jika umat nasrani membangun gereja, saudara-saudaranya dari muslim pasti akan ikut membantu," tambahnya.
Frans menegaskan, model kerukunan hidup beragam ini, sudah lama berlangsung di NTT, sehingga wilayahnya, bukan lagi berjuluk 'Nanti Tuhan Tolong atau Nasib Tidak Tentu', tetapi mendapat julukan baru 'Nusa Tetap Tenteram'.
"Predikat yang telah diakui secara nasional ini, harus kita implementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan hanya sekadar ucapan pemanis bibir belaka," ungkap dia.
Frans menambahkan, hari raya besar keagamaan merupakan wujud tertinggi dari makna toleransi yang harus dijunjung tinggi dan dihormati oleh setiap umat beragama.
Karena itu, ia mengharapkan semua elemen masyarakat, khususnya di NTT untuk tidak terprovokasi dengan insiden apapun yang bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) tersebut.
Ia juga berharap, toleransi kehidupan beragama di NTT patut ditiru oleh daerah lain, di tengah identitas bangsa yang berlandaskan Pancasila ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(OJE)