Politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari. Foto: Medcom.id/M Rodhi Aulia
Politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari. Foto: Medcom.id/M Rodhi Aulia

Gerindra Diminta Berkaca Sebelum Mengkritik

13 Februari 2019 17:11
Jakarta: Partai Gerindra diminta berkaca sebelum mengkritik partai lain yang kadernya terjerat kasus korupsi dan mencalonkan eks koruptor di Pileg 2019. Sebab, tidak sedikit kader gerindra yang ditangkap KPK dan banyak pula eks koruptor yang didorong Gerindra menjadi caleg.
 
Hal itu diungkapkan politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari merespons sindiran Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade yang menyebut kader PDIP paling banyak ditangkap KPK.
 
Eva menegaskan, PDIP berbeda dengan Partai Gerindra yang sengaja mencalonkan kader eks korupsi di Pemilu. Dia ingin Gerindra berkaca.
 
"Komitmen PDIP terukur, hanya kebobolan satu caleg (eks koruptor) dibanding Gerindra yang dalam tanda kutip sengaja endorse eks koruptor di pencalegan. Sebaiknya bercermin dulu sebelum kritik, kan sikon mereka lebih parah," kata Eva, Rabu, 13 Februari 2019.
 
Terkait partai nasionalis gadungan yang kerap melakukan korupsi. Menurut Eva, korupsi adalah masalah umum partai politik. Namun, Eva menekankan bahwa PDIP tetap berjuang di jalur nasionalis religius sesuai konstitusi partai.
 
"Korupsi masalah umum, termasuk Gerindra dan Demokrat. Konstitusi PDIP tetap nasionalis religius, tidak ada pergantian ideologi," kata Eva.
 
Seperti diketahui, Anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade menyindir PDI Perjuangan karena paling sering menyetor kadernya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
 
Baca: Gerindra Nilai Grace Sindir PDI Perjuangan
 
Sindiran itu dilayangkan Andre saat merespons pidato Ketua Umum PSI Grace Natalie yang menyebut banyak partai mengaku nasionalis tapi gadungan. Disebut gadungan karena partai tersebut kerap melakukan korupsi dan pro sikap intoleran.
 
Grace menyebut kaum intoleran dan koruptor menjadi ancaman terbesar Indonesia. Keduanya dapat menghancurkan Indonesia.
 
Hal itu diungkapkan Grace Natalie dalam pidato poltiknya di Festival 11 Yogyakarta, Senin, 11 Februari 2019.
 
Kombinasi keduanya dinilai semakin marak. Hal itu terlihat dari gerakan kebencian dari kaum intoleran serta perilaku koruptif figur publik khususnya pejabat pemerintah dan anggota legislatif.
 
Grace heran dengan partai politik yang mengaku nasionalis tapi ikut meloloskan perda-perda yang diskriminatif dan mendelegasikan mantan koruptor sebagai caleg.
 
"Mengaku nasionalis tapi ambil bagian dalam merampok uang rakyat. Mengaku nasionalis dan memiliki kekuatan politik tapi bungkam ketika rumah-rumah ibadah ditutup. Mengaku nasionalis tapi rutin mengirim kader-kader mereka ke KPK," ujar Grace.
 
Menurut Grace, saat ini banyak yang mengadu domba masyarakat dan mencuri uang rakyat. "Kalau ada orang menyebut dirinya nasionalis, tapi di belakang masih mengadu domba masyarakat dan gemar mencuri uang rakyat. Mereka lebih pantas disebut nasionalis gadungan," kata Grace.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan