Jakarta: Peretas yang memakai nama Bjorka belakangan agresif mengeklaim telah membobol basis data milik sejumlah instansi pemerintahan di Indonesia. Menanggapi hal itu, pengamat komunikasi, Agus Sudibyo menerangkan bahwa sejauh ini memang data yang bocor adalah data demografis dan data identitas.
Salah satu yang diduga menjadi korban ialah Komisi Pemiliham Umum (KPU) RI. Peretas tersebut mengatakan 105 juta data kependudukan warga Indonesia milik KPU diduga bocor dan diperjualbelikan di forum daring Breached Forums.
"Akan lebih berbahaya jika yg menyebar adalah data psikometris atau psikografis," papar Agus kepada Media Indonesia, Rabu, 14 September 2022.
Data psikometris tersebut berupa profiling lengkap orang per orang. Seperti hobi, orientasi politik atau spiritual, jaringan, riwayat penyakit, hingga konsumsi sehari-hari.
"Data psikometris merupakan hasil analisis atas data set atau big data. Ini yang lebih berbahaya. Data psikometris notabene dikuasai oleh platform digital," tambahnya.
Adapun Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian mengatakan klasifikasi serangan siber berupa pencurian data, seperti yang dilancarkan peretas Bjorka masuk dalam kategori intensitas rendah.
"Kalau dilihat dari kategori atau klasifikasi serangan yang bersifat pencurian data itu masih intensitas rendah sebenarnya," kata Hinsa di Kantor BSSN, Depok, Jawa Barat, Selasa, 13 September 2022.
Secara keseluruhan, Hinsa menjelaskan intensitas ancaman serangan di ruang siber sendiri diklasifikasikan menjadi tiga. Pertama intensitas rendah, sedang, dan tinggi.
Jakarta: Peretas yang memakai nama
Bjorka belakangan agresif mengeklaim telah membobol basis data milik sejumlah instansi pemerintahan di Indonesia. Menanggapi hal itu, pengamat komunikasi, Agus Sudibyo menerangkan bahwa sejauh ini memang
data yang bocor adalah data demografis dan data identitas.
Salah satu yang diduga menjadi korban ialah Komisi Pemiliham Umum (KPU) RI.
Peretas tersebut mengatakan 105 juta data kependudukan warga Indonesia milik KPU diduga bocor dan diperjualbelikan di forum daring Breached Forums.
"Akan lebih berbahaya jika yg menyebar adalah data psikometris atau psikografis," papar Agus kepada
Media Indonesia, Rabu, 14 September 2022.
Data psikometris tersebut berupa
profiling lengkap orang per orang. Seperti hobi, orientasi politik atau spiritual, jaringan, riwayat penyakit, hingga konsumsi sehari-hari.
"Data psikometris merupakan hasil analisis atas
data set atau
big data. Ini yang lebih berbahaya. Data psikometris notabene dikuasai oleh platform digital," tambahnya.
Adapun Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian mengatakan klasifikasi serangan siber berupa pencurian data, seperti yang dilancarkan peretas Bjorka masuk dalam kategori intensitas rendah.
"Kalau dilihat dari kategori atau klasifikasi serangan yang bersifat pencurian data itu masih intensitas rendah sebenarnya," kata Hinsa di Kantor BSSN, Depok, Jawa Barat, Selasa, 13 September 2022.
Secara keseluruhan, Hinsa menjelaskan intensitas ancaman serangan di ruang siber sendiri diklasifikasikan menjadi tiga. Pertama intensitas rendah, sedang, dan tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(END)