"Perundungan ini dampaknya mengerikan dari yang dipikirkan orang. Ingat, perundungan bukan candaan karena dampaknya secara psikologis sangat berat," kata Ketua DPP Partai NasDem Amelia Anggraini melalui keterangan tertulis, Selasa, 26 Juli 2022.
Biasanya, korban perundungan mengalami stres, tidak memiliki kepercayaan diri, tidak dapat bersosialisasi secara normal. Bahkan, memilih untuk mengakhiri hidupnya.
"Melihat dari kronologis kasus kematian bocah SD di Tasikmalaya bukan dari pelecehan seksual melainkan dampak mengerikan dari perundungan," kata dia.
Anggota DPR periode 2014-2019 itu pun mengajak semua pihak fokus untuk mengantisipasi maraknya perundungan. Sebab, Indonesia menduduki peringkat kelima di dunia terkait perundungan berdasarkan data Programme for International Students Assessment (PISA) pada 2018.
"Secara global, angka siswa di Indonesia yang pernah mengalami perundungan mencapai 41,1 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari rerata negara-negara OECD," kata dia.
Baca: Bullying Makin Marak di Sekolah, Psikolog Unesa Ungkap Penyebab dan Solusi |
Wanita yang akrab disapa Amel itu pun mendorong Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengembangkan kurikulum anti perundungan. Institusi pendidikan harus berkontribusi besar terhadap perbaikan-perbaikan yang sifatnya perilaku terhadap anak didiknya.
"Materi-materi antiperundungan dapat disisipkan agenda-agenda sekolah sebagai upaya antisipasi segala bentuk perundungan. Bisa juga dalam setiap materi mata pelajaran seperti pendidikan kewarganegaraan, agama, dan muatan lokal," kata Amel.
Dia berharap persoalan perundungan dapat berkurang dengan kurikulum tersebut. Sehinggal, kasus-kasus seperti di Tasikmalaya tidak terulang lagi di daerah lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id