medcom.id, Jakarta: Santoso, pemimpin kelompok Mujahidin Indonesia Timur, dikabarkan tewas ditembak tim Satgas Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah. Namun, tewasnya Santoso dinilai tidak mematikan aksi terorisme jaringannya di Tanah Air.
"Tidak. Bukan berarti jaringan teroris lantas mati (karena Santoso tewas)," kata anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/7/2016).
Masinton meminta aparat mewaspadai segala pergerakan jaringan teroris lain di Indonesia.
"Kita harus antisipasi. Tertangkapnya jaringan teroris Santoso cs minimal bisa mengurai jaringannya," ujarnya.
Politikus PDI Perjuangan ini mengapresiasi kinerja Polri, TNI dan masyarakat jika benar berhasil melumpuhkan Santoso. Masinton telah memprediksi kekalahan Santoso sejak serah terima jabatan Kapolri, dari Jenderal Badrodin Haitu ke Jenderal Tito Karnavian.
"Infonya kelompok Santoso sudah terkepung, kemudian logistiknya semakin menipis dan kerja aparat kepolisian dan aparat lain yang diperbantukan agresif mengejar jaringan teroris Santoso. Jadi saya optimistis penangkapan Santoso tinggal menunggu waktu," kata Masinton.
Sebelumnya Satgas Tinombala dengan sandi Alfa 29 melaporkan bahwa mereka terlibat kontak senjata selama setengah jam sejak pukul 17.00 WITA di wilayah Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah.
"Dua orang meninggal, dan kami mengamankan satu pucuk senjata M-16," demikian dilaporkan Alfa 29, Senin 18 Juli. Lelaki yang tertembak berjenggot dan bertahi lalat diduga adalah Santoso. Adapun tiga lainnya, yakni dua perempuan dan satu lelaki melarikan diri.
medcom.id, Jakarta: Santoso, pemimpin kelompok Mujahidin Indonesia Timur, dikabarkan tewas ditembak tim Satgas Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah. Namun, tewasnya Santoso dinilai tidak mematikan aksi terorisme jaringannya di Tanah Air.
"Tidak. Bukan berarti jaringan teroris lantas mati (karena Santoso tewas)," kata anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/7/2016).
Masinton meminta aparat mewaspadai segala pergerakan jaringan teroris lain di Indonesia.
"Kita harus antisipasi. Tertangkapnya jaringan teroris Santoso cs minimal bisa mengurai jaringannya," ujarnya.
Politikus PDI Perjuangan ini mengapresiasi kinerja Polri, TNI dan masyarakat jika benar berhasil melumpuhkan Santoso. Masinton telah memprediksi kekalahan Santoso sejak serah terima jabatan Kapolri, dari Jenderal Badrodin Haitu ke Jenderal Tito Karnavian.
"Infonya kelompok Santoso sudah terkepung, kemudian logistiknya semakin menipis dan kerja aparat kepolisian dan aparat lain yang diperbantukan agresif mengejar jaringan teroris Santoso. Jadi saya optimistis penangkapan Santoso tinggal menunggu waktu," kata Masinton.
Sebelumnya Satgas Tinombala dengan sandi Alfa 29 melaporkan bahwa mereka terlibat kontak senjata selama setengah jam sejak pukul 17.00 WITA di wilayah Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah.
"Dua orang meninggal, dan kami mengamankan satu pucuk senjata M-16," demikian dilaporkan Alfa 29, Senin 18 Juli. Lelaki yang tertembak berjenggot dan bertahi lalat diduga adalah Santoso. Adapun tiga lainnya, yakni dua perempuan dan satu lelaki melarikan diri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)