medcom.id, Nusa Dua: Ketua Presidium Penyelamat Partai Golkar Agung Laksono beranggapan ada skenario terselubung yang diusung untuk mempertahankan Aburizal Bakrie di kursi Ketua Umum Partai Golkar. Skenario dijalankan lewat politik intimidasi dan transaksi.
"Desain seperti ini luar biasa. Mungkin ada tujuan tertentu Aburizal ingin menguasai kembali Partai Golkar. Makanya habis-habisan seperti ini," ujar Agung Laksono saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Ahad (30/11/2014) malam.
Agung menilai, ada permainan politik uang dalam proses pemenangan AR, sapaan Aburizal, sebagai Ketua Umum Golkar. Agung mengungkapkan imbalan yang didapat Dewan Pimpinan Daerah yang bersedia teken kontrak dukung Ical, dapat imbalan antara Rp50 hingga Rp100 juta.
Tak hanya duit, cara lain juga dilakukan. Yakni lewat politik intimidasi pemecatan. Caranya, dengan membuat voting terbuka, sehingga pembelot bakal gampang dibetot.
"Barusan kami dapat laporan, Nurdin Halid yang akan memimpin rapat. Itu menggambarkan tidak ada pemilihan tertutup. Yang ada adalah aklamasi dan pemilihan terbuka," kata Agung.
Dengan cara itu, kata dia, DPD-DPD yang memegang hak suara akan takut menyatakan aspirasinya. Tak ada pilihan lain kecuali mendukung Aburizal. Suara DPD II sudah dikondisikan sedemikian rupa oleh DPD I sehingga bakal solid mendukung Aburizal. Caranya, lewat politik transaksional dan politik intimidasi.
Cara ini yang ditentang Agung dan kawan-kawan di Presidium Penyelamat Golkar. Menurut Agung, politik iming-iming uang ini mencederai ideologi Golkar. Sebab, pengurus tingkat daerah menjadi tertarik dengan uang imbalan dan akhirnya memilih Aburizal sebagai Ketum.
"Dua hal (strategi pemenangan Ical), pertama yaitu iming-iming pragmatisme transaksional. Kedua, tekanan-tekanan berupa ancaman sangat menakutkan. Dua hari lalu pengurus DPD II sudah dipecat, yakni dari Sumatera Utara, Papua, dan Padang. Pemecatan ini membuat mereka tidak berkutik," tutur Agung.
medcom.id, Nusa Dua: Ketua Presidium Penyelamat Partai Golkar Agung Laksono beranggapan ada skenario terselubung yang diusung untuk mempertahankan Aburizal Bakrie di kursi Ketua Umum Partai Golkar. Skenario dijalankan lewat politik intimidasi dan transaksi.
"Desain seperti ini luar biasa. Mungkin ada tujuan tertentu Aburizal ingin menguasai kembali Partai Golkar. Makanya habis-habisan seperti ini," ujar Agung Laksono saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Ahad (30/11/2014) malam.
Agung menilai, ada permainan politik uang dalam proses pemenangan AR, sapaan Aburizal, sebagai Ketua Umum Golkar. Agung mengungkapkan imbalan yang didapat Dewan Pimpinan Daerah yang bersedia teken kontrak dukung Ical, dapat imbalan antara Rp50 hingga Rp100 juta.
Tak hanya duit, cara lain juga dilakukan. Yakni lewat politik intimidasi pemecatan. Caranya, dengan membuat voting terbuka, sehingga pembelot bakal gampang dibetot.
"Barusan kami dapat laporan, Nurdin Halid yang akan memimpin rapat. Itu menggambarkan tidak ada pemilihan tertutup. Yang ada adalah aklamasi dan pemilihan terbuka," kata Agung.
Dengan cara itu, kata dia, DPD-DPD yang memegang hak suara akan takut menyatakan aspirasinya. Tak ada pilihan lain kecuali mendukung Aburizal. Suara DPD II sudah dikondisikan sedemikian rupa oleh DPD I sehingga bakal solid mendukung Aburizal. Caranya, lewat politik transaksional dan politik intimidasi.
Cara ini yang ditentang Agung dan kawan-kawan di Presidium Penyelamat Golkar. Menurut Agung, politik iming-iming uang ini mencederai ideologi Golkar. Sebab, pengurus tingkat daerah menjadi tertarik dengan uang imbalan dan akhirnya memilih Aburizal sebagai Ketum.
"Dua hal (strategi pemenangan Ical), pertama yaitu iming-iming pragmatisme transaksional. Kedua, tekanan-tekanan berupa ancaman sangat menakutkan. Dua hari lalu pengurus DPD II sudah dipecat, yakni dari Sumatera Utara, Papua, dan Padang. Pemecatan ini membuat mereka tidak berkutik," tutur Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TII)