medcom.id, Jakarta: Jenderal Ahmad Yani, salah satu jenderal yang gugur dalam peristiwa Gerakan 30-September, dikenal sebagai sosok gigih dan pernah menyerah. Bahkan saat posisi sulit, Jenderal Ahmad Yani mampu memukul pasukan Tjakrabirawa.
"Pelajaran yang saya dapat adalah bapak saya tidak pernah menyerah. Dia masih bisa meninju meski dalam posisi sangat sulit, dikepung ratusan orang," kata Amelia Ahmad Yani, putri Jenderal Ahmad Yani, kepada Metro TV, Rabu (30/9/2015).
Dia menambahkan, prajurit Tjakrabirawa kemudian jatuh dan digotong oleh temannya. "Meskipun dia enggak ada senjata. Jadi dia tinju si Tjakrabirawa, jatuh enggak bangun-bangun sampai harus digotong temannya," imbuhnya.
Di mata Amelia, ayahnya adalah prajurit yang benar-benar berjiwa kesatria dan tahan banting. "Dia tidak meninggalkan apa kecuali semangat. Beliau patut dibanggakan idola buat kami," ucapnya.
Hari ini tepat 50 tahun tragedi G30S/PKI. Sementara 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Enam perwira tinggi TNI AD tewas dibunuh dalam peristiwa G30S/PKI. Mereka Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi), Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi), dan Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan).
Tiga lainnya, Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen), Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik), Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya, Ade Irma Suryani Nasution, dan ajudan dia, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean, tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Korban kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat para jenderal tersebut ditemukan pada 3 Oktober.
medcom.id, Jakarta: Jenderal Ahmad Yani, salah satu jenderal yang gugur dalam peristiwa Gerakan 30-September, dikenal sebagai sosok gigih dan pernah menyerah. Bahkan saat posisi sulit, Jenderal Ahmad Yani mampu memukul pasukan Tjakrabirawa.
"Pelajaran yang saya dapat adalah bapak saya tidak pernah menyerah. Dia masih bisa meninju meski dalam posisi sangat sulit, dikepung ratusan orang," kata Amelia Ahmad Yani, putri Jenderal Ahmad Yani, kepada
Metro TV, Rabu (30/9/2015).
Dia menambahkan, prajurit Tjakrabirawa kemudian jatuh dan digotong oleh temannya. "Meskipun dia enggak ada senjata. Jadi dia tinju si Tjakrabirawa, jatuh enggak bangun-bangun sampai harus digotong temannya," imbuhnya.
Di mata Amelia, ayahnya adalah prajurit yang benar-benar berjiwa kesatria dan tahan banting. "Dia tidak meninggalkan apa kecuali semangat. Beliau patut dibanggakan idola buat kami," ucapnya.
Hari ini tepat 50 tahun tragedi G30S/PKI. Sementara 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Enam perwira tinggi TNI AD tewas dibunuh dalam peristiwa G30S/PKI. Mereka Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi), Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi), dan Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan).
Tiga lainnya, Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen), Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik), Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya, Ade Irma Suryani Nasution, dan ajudan dia, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean, tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Korban kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat para jenderal tersebut ditemukan pada 3 Oktober.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)