Jakarta: Belakangan beredar isu menduetkan Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo (Prabowo-Jokowi). Namun, isu tersebut ditolak publik.
"Isu yang kongkrit Prabowo-Jokowi ini pun ternyata tidak menarik bagi sebagian besar responden, lebih banyak yang menolak," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya melalui diskusi virtual, Kamis, 22 September 2022.
Penolakan Prabowo-Jokowi tergambar dalam survei yang dilakukan Charta Politika pada 6-13 September 2022. Mayoritas responden menolak isu tersebut.
"Ternyata mayoritas, 57 persen dari responden menyatakan menolak," ungkap dia.
Dia menyangsikan kalau pasangan Prabowo-Jokowi akan memenangkan kontestasi jika dipaksakan mengikuti Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sebab, mayoritas publik tidak setuju dengan isu tersebut.
"Kasarnya kalau mau dianalogikan dan kita bedah lanjut menjadi pasangan, mungkin menurut saya kemungkinan besar akan kalah," sebut dia.
Dia menyarankan agar pencetus ide berpikir ulang menduetkan Prabowo dengan Jokowi. Mereka diminta mencari ide yang lebih bagus untuk menarik simpati masyarakat ketimbang memunculkan wacana menjodohkan Prabowo dengan Jokowi pada Pilpres 2024.
"Jadi cobalah cari isu lain yang lebih menarik, karena isu yang kongkrit Prabowo-Jokowi ini pun ternyata tidak menarik bagi sebagian besar responden, lebih banyak yang menolak," ujar dia.
Survei dilakukan pada 6-13 September 2022. Jumlah responden yang dipilih dengan metode metode acak bertingkat (multistage random sampling) yaitu 1.220 orang.
Tingkat kepercayaan survei sebesar 95 persen. Sedangkan margin of error sebesar lebih kurang 2,82 persen.
Jakarta: Belakangan beredar isu menduetkan Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo (
Prabowo-Jokowi). Namun, isu tersebut ditolak publik.
"Isu yang kongkrit Prabowo-Jokowi ini pun ternyata tidak menarik bagi sebagian besar responden, lebih banyak yang menolak," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya melalui diskusi virtual, Kamis, 22 September 2022.
Penolakan Prabowo-Jokowi tergambar dalam
survei yang dilakukan Charta Politika pada 6-13 September 2022. Mayoritas responden menolak isu tersebut.
"Ternyata mayoritas, 57 persen dari responden menyatakan menolak," ungkap dia.
Dia menyangsikan kalau pasangan Prabowo-Jokowi akan memenangkan kontestasi jika dipaksakan mengikuti Pemilihan Presiden (
Pilpres) 2024. Sebab, mayoritas publik tidak setuju dengan isu tersebut.
"Kasarnya kalau mau dianalogikan dan kita bedah lanjut menjadi pasangan, mungkin menurut saya kemungkinan besar akan kalah," sebut dia.
Dia menyarankan agar pencetus ide berpikir ulang menduetkan Prabowo dengan Jokowi. Mereka diminta mencari ide yang lebih bagus untuk menarik simpati masyarakat ketimbang memunculkan wacana menjodohkan Prabowo dengan Jokowi pada Pilpres 2024.
"Jadi cobalah cari isu lain yang lebih menarik, karena isu yang kongkrit Prabowo-Jokowi ini pun ternyata tidak menarik bagi sebagian besar responden, lebih banyak yang menolak," ujar dia.
Survei dilakukan pada 6-13 September 2022. Jumlah responden yang dipilih dengan metode metode acak bertingkat (
multistage random sampling) yaitu 1.220 orang.
Tingkat kepercayaan survei sebesar 95 persen. Sedangkan
margin of error sebesar lebih kurang 2,82 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)