Jakarta: Di tengah guncangan politik Indonesia pada Pilkada 2024, rakyat Indonesia kembali dikejutkan dengan kabar bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak akan mengusung mantan gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan yang diperkirakan memiliki potensi yang besar memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2024.
PDIP lantas mengusung Pramono Anung, sekretaris Kabinet Indonesia dalam Kabinet Kerja Joko Widodo sebagai cagub DKI Jakarta. Tujuan dari keputusan ini masih dispekulasikan oleh netizen dan pengamat.
Namun, kita mungkin dapat mengetahui hal tersebut dengan melihat secara dekat sepak terjang kehidupan dan karir Pramono Anung yang bisa disimak berikut ini.
Kehidupan dan Pendidikan
Pramono Anung Wibowo terlahir dari pasangan R. Kasbe Prajitna dan Sumarni pada 11 Juni 1963 di Kediri. Pramono Anung yang sering dipanggil dengan panggilan Pram ketika masih kecil, merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara.
Pramono menikah dengan Endang Nugrahani dan dikaruniai dua anak, Hanindhito Himawan Pramana yang lahir pada 31 Juli 1992 dan Hanifa Fadhila Pramono yang lahir pada 5 Februari 1998.
Pramono mengampu pendidikan dari tingkat sekolah dasar dan menengah keatas di Kota kelahirannya. Dia mengampu pendidikan sekolah Dasar di SD Pawyatan Daha Kediri, kemudian lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pawyatan Daha-Kediri dari tahun 1976 sampai 1979, lalu Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Kediri dari tahun 1979 sampai tahun 1982.
Setelah lulus SMA, Pramono melanjutkan jenjang sarjana (S1) di Institut Teknologi Bandung (ITB) mendalami ilmu Teknik Pertambangan dari tahun 1982 sampai tahun 1988. setelah itu, Pramono melanjutkan jenjang S2 mengejar gelar Magister Manajamen di Universitas Gajah Mada selama 3 tahun dan lulus pada tahun 1992.
Belum berakhir, Pramono melanjutkan pendidikan mengejar gelar doktor mengampu Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran dan berfokus tentang dunia politik. Pramono berhasil lulus pada tahun 2013 dengan predikat cum laude.
Disaat masih kuliah, Pramono sangat aktif di berbagai organisasi mahasiswa, dia menduduki posisi sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Tambang ITB dari tahun 1985 sampai 1986, kemudian sebagai Ketua Forum Komunikasi Himpunan Jurusan Dewan Mahasiswa ITB tahun 1986 dan 1987.
Di luar universitas, dia sempat menjadi Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) pada tahun 1998-2000.
Sepak terjang Karir
Melansir laman Universitas STEKOM Semarang, sebelum bekerja terjang ke dunia politik. Pramono pernah menduduki posisi-posisi penting di perusahaan-perusahaan swasta. Pertama, menduduki posisi sebagai Direktur PT. Tanito Harum, Jakarta tahun 1998-1996, kemudian kembali menjadi Direktur di PT. Vietmindo Energitama di Vietnam 1998-1999.
Dia lanjut menjadi komisaris di tiga perusahaan. Pertama, PT. Yudhistira Haka Perkasa di Jakarta tahun 1996-1999. Kemudian Komisaris PT. Mandira (Mandiri Hana Persada) di Jakarta tahun 1996-1999. Lalu PT. Yudhistira Hana Perkasa, Jakarta, 1996-1999.
Dia terjun ke dunia politik setelah reformasi dan menjadi anggota DPP PDIP pada tahun 1998. Tidak butuh lama bagi Pramono menjadi sosok kepercayaan Megawati, pada tahun 2000, ia ditunjuk menjadi Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP dan Sekjen DPP PDIP tahun 2005-2010 serta aktif dalam tim sukses Mega-Prabowo di Pilpres 2009.
Di masa tersebut, ia juga berhasil menjadi anggota DPR empat kali berturut-turut. Mulai Periode 1999-2004, 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019. Pramono bahkan pernah menjadi Wakil Ketua DPR RI dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, ia tidak menuntaskan periode kedua dikarenakan fokusnya sebagai sekjen PDIP.
Di samping Megawati, ia juga menjadi orang kepercayaan Presiden RI Joko Widodo. Dia tidak menuntaskan periode akhir anggota DPR 2014-2019 dikarenakan diminta Jokowi untuk menduduki posisi sebagai Sekretaris Kabinet dan mulai menjabat posisi tersebut pada tahun 2015 dan telah menjabat selama 9 tahun.
Dalam perjalanan politik, kita bisa melihat bahwa Pramono Anung bukan hanya sosok yang luar biasa, tetapi juga merupakan jembatan penghubung antara poros Megawati dan Jokowi. Saat hubungan Megawati dan Jokowi mulai renggang di tengah Pilpres 2024, Pramono tetap menunjukkan kedekatan dengan kedua tokoh tersebut.
Jakarta: Di tengah guncangan politik Indonesia pada
Pilkada 2024, rakyat Indonesia kembali dikejutkan dengan kabar bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (
PDIP) tidak akan mengusung mantan gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan yang diperkirakan memiliki potensi yang besar memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2024.
PDIP lantas mengusung
Pramono Anung, sekretaris Kabinet Indonesia dalam Kabinet Kerja Joko Widodo sebagai cagub DKI Jakarta. Tujuan dari keputusan ini masih dispekulasikan oleh netizen dan pengamat.
Namun, kita mungkin dapat mengetahui hal tersebut dengan melihat secara dekat sepak terjang kehidupan dan karir Pramono Anung yang bisa disimak berikut ini.
Kehidupan dan Pendidikan
Pramono Anung Wibowo terlahir dari pasangan R. Kasbe Prajitna dan Sumarni pada 11 Juni 1963 di Kediri. Pramono Anung yang sering dipanggil dengan panggilan Pram ketika masih kecil, merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara.
Pramono menikah dengan Endang Nugrahani dan dikaruniai dua anak, Hanindhito Himawan Pramana yang lahir pada 31 Juli 1992 dan Hanifa Fadhila Pramono yang lahir pada 5 Februari 1998.
Pramono mengampu pendidikan dari tingkat sekolah dasar dan menengah keatas di Kota kelahirannya. Dia mengampu pendidikan sekolah Dasar di SD Pawyatan Daha Kediri, kemudian lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pawyatan Daha-Kediri dari tahun 1976 sampai 1979, lalu Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Kediri dari tahun 1979 sampai tahun 1982.
Setelah lulus SMA, Pramono melanjutkan jenjang sarjana (S1) di Institut Teknologi Bandung (ITB) mendalami ilmu Teknik Pertambangan dari tahun 1982 sampai tahun 1988. setelah itu, Pramono melanjutkan jenjang S2 mengejar gelar Magister Manajamen di Universitas Gajah Mada selama 3 tahun dan lulus pada tahun 1992.
Belum berakhir, Pramono melanjutkan pendidikan mengejar gelar doktor mengampu Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran dan berfokus tentang dunia politik. Pramono berhasil lulus pada tahun 2013 dengan predikat cum laude.
Disaat masih kuliah, Pramono sangat aktif di berbagai organisasi mahasiswa, dia menduduki posisi sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Tambang ITB dari tahun 1985 sampai 1986, kemudian sebagai Ketua Forum Komunikasi Himpunan Jurusan Dewan Mahasiswa ITB tahun 1986 dan 1987.
Di luar universitas, dia sempat menjadi Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) pada tahun 1998-2000.
Sepak terjang Karir
Melansir laman Universitas STEKOM Semarang, sebelum bekerja terjang ke dunia politik. Pramono pernah menduduki posisi-posisi penting di perusahaan-perusahaan swasta. Pertama, menduduki posisi sebagai Direktur PT. Tanito Harum, Jakarta tahun 1998-1996, kemudian kembali menjadi Direktur di PT. Vietmindo Energitama di Vietnam 1998-1999.
Dia lanjut menjadi komisaris di tiga perusahaan. Pertama, PT. Yudhistira Haka Perkasa di Jakarta tahun 1996-1999. Kemudian Komisaris PT. Mandira (Mandiri Hana Persada) di Jakarta tahun 1996-1999. Lalu PT. Yudhistira Hana Perkasa, Jakarta, 1996-1999.
Dia terjun ke dunia politik setelah reformasi dan menjadi anggota DPP PDIP pada tahun 1998. Tidak butuh lama bagi Pramono menjadi sosok kepercayaan Megawati, pada tahun 2000, ia ditunjuk menjadi Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP dan Sekjen DPP PDIP tahun 2005-2010 serta aktif dalam tim sukses Mega-Prabowo di Pilpres 2009.
Di masa tersebut, ia juga berhasil menjadi anggota DPR empat kali berturut-turut. Mulai Periode 1999-2004, 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019. Pramono bahkan pernah menjadi Wakil Ketua DPR RI dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, ia tidak menuntaskan periode kedua dikarenakan fokusnya sebagai sekjen PDIP.
Di samping Megawati, ia juga menjadi orang kepercayaan Presiden RI Joko Widodo. Dia tidak menuntaskan periode akhir anggota DPR 2014-2019 dikarenakan diminta Jokowi untuk menduduki posisi sebagai Sekretaris Kabinet dan mulai menjabat posisi tersebut pada tahun 2015 dan telah menjabat selama 9 tahun.
Dalam perjalanan politik, kita bisa melihat bahwa Pramono Anung bukan hanya sosok yang luar biasa, tetapi juga merupakan jembatan penghubung antara poros Megawati dan Jokowi. Saat hubungan Megawati dan Jokowi mulai renggang di tengah Pilpres 2024, Pramono tetap menunjukkan kedekatan dengan kedua tokoh tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WAN)