Jakarta: Generasi milenial selalu diperebutkan sebagai lumbung suara jelang pemilu. Oleh karena itu, mereka diharapkan semakin kritis dan peduli sehingga tidak menjadi objek politik semata.
Berdasarkan survei Alvara Strategic, penduduk Indonesia berusia 15-34 tahun mencapai 34,45 persen dari total populasi. Secara elektorial, generasi itu menjadi incaran partai politik, calon anggota legislatif, calon kepala daerah, juga calon presiden sebagai sumber suara.
Saking strategisnya posisi mereka, sejumlah kalangan menilai sudah saatnya generasi milenial menjadi lebih peduli untuk memperbaiki politik di Tanah Air. Namun, ujar pakar psikologi politik dari UI Hamdi Muluk, hal itu bisa terwujud bila kultur politik tak lagi mengandalkan kekuasaan dan uang.
"Harus diubah menjadi kultur yang mendasarkan diri pada kultur berbasis meritokrasi. Artinya, partai politik harus mendemokratisasi diri dan berbasis meritokrasi," ujar Hamdi, Minggu, 22 April 2018.
Kultur seperti itu, imbuh dia, akan menarik anak-anak muda yang kompeten, berintegritas, dan profesional berkiprah ke politik. Mereka pun tak lagi menjadi sekadar sumber perolehan suara bagi politisi, tapi juga berperan aktif untuk membenahi iklim perpolitikan di Indonesia.
Sementara itu, juru bicara Partai Solidaritas Indonesia bidang milenial Dara Adinda Nasution mengatakan, generasi milenial kian sadar politik karena mereka bukanlah generasi pemalu dan penurut tanpa punya sikap. Hal itu juga terjadi di berbagai negara seperti AS dan Hong Kong.
Dara menambahkan, berdasarkan survei CSIS pada 2017, generasi milenial ialah generasi yang optimistis terhadap masa depan. Mereka juga yakin dan puas terhadap kemampuan pemerintah saat ini.
Karena itu, meski mereka bukan merupakan kelompok politik yang terkonsolidasi secara matang sehingga rentan menjadi objek, kesadaran generasi milenial untuk menjadi subjek politik semakin besar. Salah satunya dengan terlibat langsung dalam kegiatan politik, seperti menjadi pengurus parpol.
"Kita percaya generasi milenial yang optimistis, rileks, tidak struktural-birokratis ini juga mampu mengambil peran dalam menangani permasalahan bangsa," tukas Dara.
Jakarta: Generasi milenial selalu diperebutkan sebagai lumbung suara jelang pemilu. Oleh karena itu, mereka diharapkan semakin kritis dan peduli sehingga tidak menjadi objek politik semata.
Berdasarkan survei Alvara Strategic, penduduk Indonesia berusia 15-34 tahun mencapai 34,45 persen dari total populasi. Secara elektorial, generasi itu menjadi incaran partai politik, calon anggota legislatif, calon kepala daerah, juga calon presiden sebagai sumber suara.
Saking strategisnya posisi mereka, sejumlah kalangan menilai sudah saatnya generasi milenial menjadi lebih peduli untuk memperbaiki politik di Tanah Air. Namun, ujar pakar psikologi politik dari UI Hamdi Muluk, hal itu bisa terwujud bila kultur politik tak lagi mengandalkan kekuasaan dan uang.
"Harus diubah menjadi kultur yang mendasarkan diri pada kultur berbasis meritokrasi. Artinya, partai politik harus mendemokratisasi diri dan berbasis meritokrasi," ujar Hamdi, Minggu, 22 April 2018.
Kultur seperti itu, imbuh dia, akan menarik anak-anak muda yang kompeten, berintegritas, dan profesional berkiprah ke politik. Mereka pun tak lagi menjadi sekadar sumber perolehan suara bagi politisi, tapi juga berperan aktif untuk membenahi iklim perpolitikan di Indonesia.
Sementara itu, juru bicara Partai Solidaritas Indonesia bidang milenial Dara Adinda Nasution mengatakan, generasi milenial kian sadar politik karena mereka bukanlah generasi pemalu dan penurut tanpa punya sikap. Hal itu juga terjadi di berbagai negara seperti AS dan Hong Kong.
Dara menambahkan, berdasarkan survei CSIS pada 2017, generasi milenial ialah generasi yang optimistis terhadap masa depan. Mereka juga yakin dan puas terhadap kemampuan pemerintah saat ini.
Karena itu, meski mereka bukan merupakan kelompok politik yang terkonsolidasi secara matang sehingga rentan menjadi objek, kesadaran generasi milenial untuk menjadi subjek politik semakin besar. Salah satunya dengan terlibat langsung dalam kegiatan politik, seperti menjadi pengurus parpol.
"Kita percaya generasi milenial yang optimistis, rileks, tidak struktural-birokratis ini juga mampu mengambil peran dalam menangani permasalahan bangsa," tukas Dara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DRI)