medcom.id, Jakarta: Peneliti CSIS Iis Gindarsah menyambut baik adanya penambahan matra cyber di tubuh TNI. Dia menilai, Indonesia memang membutuhkannya untuk dapat bersaing dengan negara lain yang telah memasukan unsur cyber dalam pertahanannya.
"Sangat butuh (matra cyber), Malaysia sudah punya Singapura sudah kuat. Kekuatan yang dimiliki negara lain menjadi ancaman bagi kita," kata Iis di kantor CSIS, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (3/7/2015).
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR, Tantowi Yahya mengaku matra cyber ini masih sebatas wacana yang digulirkan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. DPR, kata dia, pun mendukung penuh pembentukan matra tersebut.
Sebab, kata dia, matra cyber dapat mencegah adanya serangan-serangan melalui dunia maya terhadap pertahanan Indonesia, seperti hacker dan penyadapan. Apalagi, kata dia, serangan macam ini abakal semakin gencar ke depan.
"Sekarang ini bukan lagi perang konvensional tapi asimetris. Jadi ancaman paling nyata itu lewat cyber seperti di-hack dan sebagainya. Itu karena persiapan kita belum ada," kata Tantowi.
Namun, Politikus Partai Golkar ini menyayangkan pementukan ini masih sekedar wacana. "Sampai saat ini belum ada tindaklanjutnya baru wacana padahal kita mendukung," tukas dia.
medcom.id, Jakarta: Peneliti CSIS Iis Gindarsah menyambut baik adanya penambahan matra
cyber di tubuh TNI. Dia menilai, Indonesia memang membutuhkannya untuk dapat bersaing dengan negara lain yang telah memasukan unsur
cyber dalam pertahanannya.
"Sangat butuh (matra
cyber), Malaysia sudah punya Singapura sudah kuat. Kekuatan yang dimiliki negara lain menjadi ancaman bagi kita," kata Iis di kantor CSIS, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (3/7/2015).
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR, Tantowi Yahya mengaku matra
cyber ini masih sebatas wacana yang digulirkan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. DPR, kata dia, pun mendukung penuh pembentukan matra tersebut.
Sebab, kata dia, matra
cyber dapat mencegah adanya serangan-serangan melalui dunia maya terhadap pertahanan Indonesia, seperti
hacker dan penyadapan. Apalagi, kata dia, serangan macam ini abakal semakin gencar ke depan.
"Sekarang ini bukan lagi perang konvensional tapi asimetris. Jadi ancaman paling nyata itu lewat
cyber seperti di-
hack dan sebagainya. Itu karena persiapan kita belum ada," kata Tantowi.
Namun, Politikus Partai Golkar ini menyayangkan pementukan ini masih sekedar wacana. "Sampai saat ini belum ada tindaklanjutnya baru wacana padahal kita mendukung," tukas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)