medcom.id, Jakarta: Komisi IV DPR menilai peredaran beras sintetis berbahan plastik telah meneror publik. Menindaklanjuti itu, Komisi IV berencana memanggil Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Selasa 26 Mei pekan depan.
"Saya sudah telepon Menteri Pertanian. Kita akan rapat dengan Menteri Pertanian Selasa depan," kata Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (22/5/2015).
Komisi IV DPR menilai pemerintah kecolongan dengan beredarnya beras sintetis. Belum lagi soal beras oplosan. Komisi IV, kata Edhy, akan mengkarifikasi persoalan ini ke Amran.
DPR dan Mentan juga akan berkonsultasi seputar persoalan lain menyangkut pangan. "Karenanya, kami meminta jenis-jenis produk yang dihasilkan oleh pertanian untuk dicek ulang," kata dia.
Lebih jauh Politikus Gerindra itu berharap polisi cepat mengusut kasus ini. Beras sintetis, kata dia, tak boleh dibiarkan beredar luas. Beras palsu itu bisa mengancam kesehatan warga Indonesia.
"Kita maunya ke depan pemerintah harus tegas menindak siapa pelakuknya. Karena ini sangat berbahaya dan beras plastik ini bisa mengakibatkan kematian. Ini harus mengusut tuntas sampai pelakunya," kata dia.
Sementara itu Ketua Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, kasus beras palsu berbahan plastik pernah terjadi di Tiongkok, Malaysia dan Thailand. Dan negara-negara itu mengekspor beras ke Indonesia.
"Pemerintah harus mengusut beras plastik itu asalnya dari mana. Kalau impor harus dicari rantai impornya dan mencabut izinnya. Ini sangat penting untuk menghentikan peredaran beras berbahaya,” kata Tulus.
Menurutnya, peredaran beras plastik di dalam negeri tidak mengagetkan. Itu karena Indonesia adalah negara pengimpor beras. "Bukan hal mustahil (beras plastik) merembet ke Indonesia. Apalagi, Indonesia masih mengimpor beras dari negara tetangga," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat tetap waspada dan teliti saat membeli beras. Masyarakat bisa mengenalinya secara fisik dan menghindari membeli beras di bawah harga normal.
Sementara Polri memastikan mengusut kasus ini. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Agus Rianto menjelaskan, pihaknya telah memeriksa sejumlah orang dalam rangka membongkar peredaran beras palsu. "Kita memeriksa beberapa orang. Dari importir, pedagang ada, kita koordinasi dengan Badan POM. Nanti kita komunikasikan dengan ahli," kata Agus.
Beras plastik pertama kali ditemukan oleh warga Bekasi, Dewi Setiani. Penemuannya itu langsung ia sampaikan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi. Dari hasil uji laboratorium Sucofindo dipastikan beras
mengandung senyawa polyvinyl chloride dalam beras. Senyawa kimia berbahaya bagi tubuh ini identik terdapat pada pipa dan kabel.
medcom.id, Jakarta: Komisi IV DPR menilai peredaran beras sintetis berbahan plastik telah meneror publik. Menindaklanjuti itu, Komisi IV berencana memanggil Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Selasa 26 Mei pekan depan.
"Saya sudah telepon Menteri Pertanian. Kita akan rapat dengan Menteri Pertanian Selasa depan," kata Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (22/5/2015).
Komisi IV DPR menilai pemerintah kecolongan dengan beredarnya beras sintetis. Belum lagi soal beras oplosan. Komisi IV, kata Edhy, akan mengkarifikasi persoalan ini ke Amran.
DPR dan Mentan juga akan berkonsultasi seputar persoalan lain menyangkut pangan. "Karenanya, kami meminta jenis-jenis produk yang dihasilkan oleh pertanian untuk dicek ulang," kata dia.
Lebih jauh Politikus Gerindra itu berharap polisi cepat mengusut kasus ini. Beras sintetis, kata dia, tak boleh dibiarkan beredar luas. Beras palsu itu bisa mengancam kesehatan warga Indonesia.
"Kita maunya ke depan pemerintah harus tegas menindak siapa pelakuknya. Karena ini sangat berbahaya dan beras plastik ini bisa mengakibatkan kematian. Ini harus mengusut tuntas sampai pelakunya," kata dia.
Sementara itu Ketua Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, kasus beras palsu berbahan plastik pernah terjadi di Tiongkok, Malaysia dan Thailand. Dan negara-negara itu mengekspor beras ke Indonesia.
"Pemerintah harus mengusut beras plastik itu asalnya dari mana. Kalau impor harus dicari rantai impornya dan mencabut izinnya. Ini sangat penting untuk menghentikan peredaran beras berbahaya,” kata Tulus.
Menurutnya, peredaran beras plastik di dalam negeri tidak mengagetkan. Itu karena Indonesia adalah negara pengimpor beras. "Bukan hal mustahil (beras plastik) merembet ke Indonesia. Apalagi, Indonesia masih mengimpor beras dari negara tetangga," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat tetap waspada dan teliti saat membeli beras. Masyarakat bisa mengenalinya secara fisik dan menghindari membeli beras di bawah harga normal.
Sementara Polri memastikan mengusut kasus ini. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Agus Rianto menjelaskan, pihaknya telah memeriksa sejumlah orang dalam rangka membongkar peredaran beras palsu. "Kita memeriksa beberapa orang. Dari importir, pedagang ada, kita koordinasi dengan Badan POM. Nanti kita komunikasikan dengan ahli," kata Agus.
Beras plastik pertama kali ditemukan oleh warga Bekasi, Dewi Setiani. Penemuannya itu langsung ia sampaikan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi. Dari hasil uji laboratorium Sucofindo dipastikan beras
mengandung senyawa
polyvinyl chloride dalam beras. Senyawa kimia berbahaya bagi tubuh ini identik terdapat pada pipa dan kabel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)