Jakarta: Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengatakan persaingan antarpartai politik (parpol) Islam ibarat memencet balon. Sebab, mereka memperebutkan suara dari basis masyarakat yang serupa.
“Kalau balon ditekan sebelah kiri, yang menggembung sebelah kanan. Kalau suara PPP naik, ada suara partai Islam lain turun,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PPP Achmad Baidowi dalam telekonferensi di Jakarta, Selasa, 19 April 2022.
Baidowi mengatakan fenomena itu sudah terjadi sejak 1999 sampai 2009. Saat suara PPP melonjak, suara Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merosot.
Menurut Baidowi, fenomena itu menjadi tantangan untuk membentuk koalisi. Dia mencontohkan total perolehan suara parpol Islam mencapai puncaknya pada 1999 dengan 38,90 persen. Sedangkan total suara partai Islam pada 2019 hanya 30,05 persen.
Baca: PAN 'Mundur' Sebagai Pendukung Penundaan Pemilu 2024
“Ini bukan sesuatu yang mudah untuk koalisi parpol Islam karena terus terang, dalam pertarungan suara saling menggerus,” ujar anggota Komisi VI DPR itu.
Meski begitu, Baidowi menyebut PPP berupaya menyusun strategi sejak dini menjelang pemilihan umum (pemilu) 2024. Garis besarnya, yakni mempertahankan suara pemilih PPP dan mengambil suara pemilih yang pernah memilih PPP, dan merebut suara pemilih yang belum pernah memilih PPP.
“Detailnya tentu saya tidak jelaskan karena itu rahasia strategi partai,” tutur dia.
Jakarta: Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengatakan persaingan antarpartai politik (
parpol) Islam ibarat memencet balon. Sebab, mereka memperebutkan suara dari basis masyarakat yang serupa.
“Kalau balon ditekan sebelah kiri, yang menggembung sebelah kanan. Kalau suara PPP naik, ada suara partai Islam lain turun,” kata Wakil Sekretaris Jenderal
PPP Achmad Baidowi dalam telekonferensi di Jakarta, Selasa, 19 April 2022.
Baidowi mengatakan fenomena itu sudah terjadi sejak 1999 sampai 2009. Saat suara PPP melonjak, suara Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merosot.
Menurut Baidowi, fenomena itu menjadi tantangan untuk membentuk koalisi. Dia mencontohkan total perolehan suara parpol Islam mencapai puncaknya pada 1999 dengan 38,90 persen. Sedangkan total suara partai Islam pada 2019 hanya 30,05 persen.
Baca:
PAN 'Mundur' Sebagai Pendukung Penundaan Pemilu 2024
“Ini bukan sesuatu yang mudah untuk koalisi parpol Islam karena terus terang, dalam pertarungan suara saling menggerus,” ujar anggota Komisi VI DPR itu.
Meski begitu, Baidowi menyebut PPP berupaya menyusun strategi sejak dini menjelang pemilihan umum (pemilu) 2024. Garis besarnya, yakni mempertahankan suara pemilih PPP dan mengambil suara pemilih yang pernah memilih PPP, dan merebut suara pemilih yang belum pernah memilih PPP.
“Detailnya tentu saya tidak jelaskan karena itu rahasia strategi partai,” tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)