medcom.id, Yogyakarta: Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan Indonesia terbentuk dari dialektika kebersamaan dan relasi kaum muda terpelajar. Di tengah menguatnya perbedaan-perbedaan saat ini, menghadirkan kebersamaan dan kenegarawanan sangat penting.
"Merekalah (kaum muda terpelajar) yang menyelamatkan dan tidak membuat Indonesia terpecah," kata Hidayat dalam diskusi kebangsaan bersama Badan Eksekutif Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Kamis 2 November 2017.
Dia merujuk peran kaum muda terpelajar saat ikrar Sumpah Pemuda pada 1928. Para pemuda terpelajar dari berbagai daerah menyepakati satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
Menurut Hidayat, kaum muda terpelajar lah yang mendorong kebersamaan dan persatuan Indonesia. Kaum muda terpelajar itu berasal dari berbagai daerah seperti Jong Ambon, Jong Java, Jong Sumatera, Jong Celebes.
"Mereka beragam tetapi bisa menyepakati tentang nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia," katanya.
Kebersamaan dan kenegarawanan kaum muda terpelajar, lanjut Hidayat, juga tercermin dalam sidang dan rapat BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI ketika membahas dasar negara. Dalam sidang dan rapat anggota BPUPKI, Panitia Sembilan dan PPKI tidak mempertajam konflik.
"Mereka adalah kaum muda terpelajar. Bung Karno, Bung Hatta, dan lainnya. Meski beragam, dengan kenegarawanan para founding fathers dan founding mothers bisa menyepakati Pancasila sebagai dasar negara," jelas Hidayat.
"Pancasila diterima dalam konteks kenegarawanan yang luar biasa. Mereka tidak menghadirkan ego sektoral dan ego intelektual tetapi melahirkan ego kebersamaan," sambung Hidayat.
Para founding fathers dan founding mothers mementingkan kebersamaan dan persatuan supaya bangsa Indonesia tidak pecah. Ini terlihat dari diakomodasinya kepentingan perwakilan Indonesia timur berkaitan dengan penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta.
Hidayat menyampaikan, sosialisasi Empat Pilar MPR untuk menyegarkan dan mengingatkan kembali bagaimana sejarah telah menunjukkan pentingnya kebersamaan dan kenegarawanan.
"Kenegarawanan dan kebersamaan penting untuk dihadirkan kembali saat ini di tengah menguatnya perbedaan," pungkasnya.
medcom.id, Yogyakarta: Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan Indonesia terbentuk dari dialektika kebersamaan dan relasi kaum muda terpelajar. Di tengah menguatnya perbedaan-perbedaan saat ini, menghadirkan kebersamaan dan kenegarawanan sangat penting.
"Merekalah (kaum muda terpelajar) yang menyelamatkan dan tidak membuat Indonesia terpecah," kata Hidayat dalam diskusi kebangsaan bersama Badan Eksekutif Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Kamis 2 November 2017.
Dia merujuk peran kaum muda terpelajar saat ikrar Sumpah Pemuda pada 1928. Para pemuda terpelajar dari berbagai daerah menyepakati satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
Menurut Hidayat, kaum muda terpelajar lah yang mendorong kebersamaan dan persatuan Indonesia. Kaum muda terpelajar itu berasal dari berbagai daerah seperti Jong Ambon, Jong Java, Jong Sumatera, Jong Celebes.
"Mereka beragam tetapi bisa menyepakati tentang nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia," katanya.
Kebersamaan dan kenegarawanan kaum muda terpelajar, lanjut Hidayat, juga tercermin dalam sidang dan rapat BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI ketika membahas dasar negara. Dalam sidang dan rapat anggota BPUPKI, Panitia Sembilan dan PPKI tidak mempertajam konflik.
"Mereka adalah kaum muda terpelajar. Bung Karno, Bung Hatta, dan lainnya. Meski beragam, dengan kenegarawanan para founding fathers dan founding mothers bisa menyepakati Pancasila sebagai dasar negara," jelas Hidayat.
"Pancasila diterima dalam konteks kenegarawanan yang luar biasa. Mereka tidak menghadirkan ego sektoral dan ego intelektual tetapi melahirkan ego kebersamaan," sambung Hidayat.
Para founding fathers dan founding mothers mementingkan kebersamaan dan persatuan supaya bangsa Indonesia tidak pecah. Ini terlihat dari diakomodasinya kepentingan perwakilan Indonesia timur berkaitan dengan penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta.
Hidayat menyampaikan, sosialisasi Empat Pilar MPR untuk menyegarkan dan mengingatkan kembali bagaimana sejarah telah menunjukkan pentingnya kebersamaan dan kenegarawanan.
"Kenegarawanan dan kebersamaan penting untuk dihadirkan kembali saat ini di tengah menguatnya perbedaan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)