Jakarta: Relawan pendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang tergabung dalam Alumni SMA Jakarta Bersatu (ASJB) mengajak seluruh alumni SMA se-Jakarta untuk bersatu mengawal pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Setelah penetapan capres-cawapres terpilih Pemilu 2019 oleh KPU dan usai sidang MK, maka sejak hari ini tak ada lagi istilah 01 dan 02. Saya harap para pendukung kedua capres lakukan rekonsiliasi," ucap Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung saat syukuran dan halal bihalal ASJB yang mengusung tema “Semangat Kebaikan” di Jakarta, Minggu, 30 Juni 2019.
Dalam kesempatan yang sama, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Agum Gumelar mengapresiasi usaha ASJB yang menjadi salah satu ujung tombak gerakan pendukung Jokowi-Amin dalam meraih suara.
Ia berpesan kepada para alumni se-Jakarta untuk membantu pemerintahan Jokowi-Ma'ruf menegakkan nilai-nilai Pancasila dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terutama dari rongrongan kelompok-kelompok radikal yang mengancam NKRI.
"Tantangan kita lebih berat lagi yakni mengawal pemerintahan yang baru hingga 2024 dan jangan sampai negara ini dikuasai gerakan atau kekuatan radikal yang ingin menganti filosofi NKRI dan Pancasila. Pak Jokowi mengajak mari bersama-sama membangun Bangsa Indonesia yang besar ini," ungkap Agum.
Ketua Panitia acara syukuran dan halal bihalal yang juga alumni SMAN 6 Jakarta, Metta Ariesta mengatakan dengan jumlah yang cukup besar, alumni SMA se-Jakarta siap mewujudkan pesan itu. ASJB tidak akan membiarkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang dapat memecah belah bangsa.
"Anggota ASJB saat ini terdiri 15.000 lebih yang berasal dari 412 SMA dan sederajat. Kami bersyukur buah kerja keras kita berhasil mengantarkan Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden," kata Metta.
ASJB ke depannya sepakat untuk terus ikut berperan aktif menjaga keutuhan NKRI. Hal tersebut wujud dari kepedulian dan keprihatinan atas gencarnya intoleransi dan paham radikal yang berpotensi memecah belah bangsa.
"Pendidikan dan kebudayaan sejak sekolah dasar sampai atas merupakan salah satu faktor penting dalam menangani intelorensi dan radikalisme," ujar Gita Pramadhiani alumni SMAN 3 Jakarta
Jakarta: Relawan pendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang tergabung dalam Alumni SMA Jakarta Bersatu (ASJB) mengajak seluruh alumni SMA se-Jakarta untuk bersatu mengawal pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Setelah penetapan capres-cawapres terpilih Pemilu 2019 oleh KPU dan usai sidang MK, maka sejak hari ini tak ada lagi istilah 01 dan 02. Saya harap para pendukung kedua capres lakukan rekonsiliasi," ucap Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung saat syukuran dan halal bihalal ASJB yang mengusung tema “Semangat Kebaikan” di Jakarta, Minggu, 30 Juni 2019.
Dalam kesempatan yang sama, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Agum Gumelar mengapresiasi usaha ASJB yang menjadi salah satu ujung tombak gerakan pendukung Jokowi-Amin dalam meraih suara.
Ia berpesan kepada para alumni se-Jakarta untuk membantu pemerintahan Jokowi-Ma'ruf menegakkan nilai-nilai Pancasila dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terutama dari rongrongan kelompok-kelompok radikal yang mengancam NKRI.
"Tantangan kita lebih berat lagi yakni mengawal pemerintahan yang baru hingga 2024 dan jangan sampai negara ini dikuasai gerakan atau kekuatan radikal yang ingin menganti filosofi NKRI dan Pancasila. Pak Jokowi mengajak mari bersama-sama membangun Bangsa Indonesia yang besar ini," ungkap Agum.
Ketua Panitia acara syukuran dan halal bihalal yang juga alumni SMAN 6 Jakarta, Metta Ariesta mengatakan dengan jumlah yang cukup besar, alumni SMA se-Jakarta siap mewujudkan pesan itu. ASJB tidak akan membiarkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang dapat memecah belah bangsa.
"Anggota ASJB saat ini terdiri 15.000 lebih yang berasal dari 412 SMA dan sederajat. Kami bersyukur buah kerja keras kita berhasil mengantarkan Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden," kata Metta.
ASJB ke depannya sepakat untuk terus ikut berperan aktif menjaga keutuhan NKRI. Hal tersebut wujud dari kepedulian dan keprihatinan atas gencarnya intoleransi dan paham radikal yang berpotensi memecah belah bangsa.
"Pendidikan dan kebudayaan sejak sekolah dasar sampai atas merupakan salah satu faktor penting dalam menangani intelorensi dan radikalisme," ujar Gita Pramadhiani alumni SMAN 3 Jakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SCI)