medcom.id, Jakarta: Sebagian besar tersangka hingga terpidana korupsi tidak menunjukkan rasa malu di depan publik. Bahkan, mereka tak segan mengumbar senyum semringah di depan kamera. Hal ini dinilai ironi sekaligus anomali dalam pemberantasan korupsi.
Calon Pimpinan KPK Agus Rahardjo menyadari fenomena tersebut. Agus tidak habis pikir, pemberian sanksi sosial kepada koruptor nyatanya tidak efektif. Meski jaket oranye dan label koruptor sudah disematkan. Agus ingin senyum tersebut hilang dari bibir mereka.
Menurut Agus, diperlukan diskusi lebih lanjut agar pemberian sanksi sosial dapat efektif. Agus berharap sanksi itu diberikan dimulai dari institusi keluarga.
"Kontrolnya dari keluarga yang patuh dan beretika," kata Agus dalam uji kelayakan dan kepatutan di Komisi III, Kompleks Parlemen, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (16/12/2015).
Tapi, bukan hal mudah membuat keluarga untuk merasa malu dan mengaku jika berbuat salah. Butuh waktu panjang buat menciptakan kondisi tersebut.
Apalagi, sudah menjadi fakta, pihak yang sudah ditetapkan sebagai tersangka bahkan terpidana korupsi tidak tampak raut penyesalan. Alih-alih tertunduk malu, para pihak itu, malah masih bisa melambai-lambaikan tangan bak pemenang kontes kecantikan.
medcom.id, Jakarta: Sebagian besar tersangka hingga terpidana korupsi tidak menunjukkan rasa malu di depan publik. Bahkan, mereka tak segan mengumbar senyum semringah di depan kamera. Hal ini dinilai ironi sekaligus anomali dalam pemberantasan korupsi.
Calon Pimpinan KPK Agus Rahardjo menyadari fenomena tersebut. Agus tidak habis pikir, pemberian sanksi sosial kepada koruptor nyatanya tidak efektif. Meski jaket oranye dan label koruptor sudah disematkan. Agus ingin senyum tersebut hilang dari bibir mereka.
Menurut Agus, diperlukan diskusi lebih lanjut agar pemberian sanksi sosial dapat efektif. Agus berharap sanksi itu diberikan dimulai dari institusi keluarga.
"Kontrolnya dari keluarga yang patuh dan beretika," kata Agus dalam uji kelayakan dan kepatutan di Komisi III, Kompleks Parlemen, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (16/12/2015).
Tapi, bukan hal mudah membuat keluarga untuk merasa malu dan mengaku jika berbuat salah. Butuh waktu panjang buat menciptakan kondisi tersebut.
Apalagi, sudah menjadi fakta, pihak yang sudah ditetapkan sebagai tersangka bahkan terpidana korupsi tidak tampak raut penyesalan. Alih-alih tertunduk malu, para pihak itu, malah masih bisa melambai-lambaikan tangan bak pemenang kontes kecantikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TII)