Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) berbincang dengan Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri (tengah) dan Ketua MPR Zulkifli Hasan (kiri) usai acara Simposium Kebangsaan MPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/12/2015).ANT/Akbar Nugroho Guma
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) berbincang dengan Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri (tengah) dan Ketua MPR Zulkifli Hasan (kiri) usai acara Simposium Kebangsaan MPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/12/2015).ANT/Akbar Nugroho Guma

Guyon, Megawati Suka Mengaku Presiden di Depan Jokowi-JK

Dheri Agriesta • 07 Desember 2015 14:04
medcom.id, Jakarta: Megawati Soekarnoputri suka guyon ketika bersua Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ketua Umum PDI Perjuangan itu tak sungkan mengaku-ngaku sebagai presiden.
 
"Saya ini sebenarnya juga presiden loh pak," kata Presiden Kelima RI itu saat berpidato di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (7/12/2015).
 
Menurut Megawati, tugasnya sebagai orang nomor satu di partai banteng moncong putih tak jauh beda dengan Presiden. Soalnya, struktur organisasi partai nyaris tak ada beda dengan hirarki di pemerintahan.

Guyon, Megawati Suka Mengaku Presiden di Depan Jokowi-JK
Megawati di Simposium Kebangsaan, Senin (7/12/2015).MI/Susanto
 
Megawati menambahkan, dirinya, juga seperti Presiden dan Wapres, acap terbang ke berbagai daerah buat mengawasi kinerja kadernya. "Bukan sombong loh, lihat undang-undang, nanti di-bully lagi, dibilang ibu Mega sombong," Megawati sembari senyum.
 
Bobot kerja Megawati makin berat lagi jelang pilkada serentak. Megawati mengaku, harus cermat meneropong dan meneken surat rekomendasi 269 calon kepala daerah dari PDI Perjuangan. Dia harus memastikan visi misi setiap calon selaras dengan program Nawa Cita Presiden Jokowi dan Wapres JK.
 
"Kamu harus mengikuti visi misi presiden dan wapres, supaya programnya sama," terang Mega.
 
Guyon, Megawati Suka Mengaku Presiden di Depan Jokowi-JK
Megawati usai Simposium Kebangsaan, Senin (7/12/2015).MI/Susanto
 
Arahan itu, kata Mega, dikeluarkan karena timpangnya pembangunan yang terjadi. Setelah berkeliling, Mega kerap menemukan pembangunan yang tak seimbang di antara satu daerah dengan daerah lain.
 
"Lima tahun, bupati bagus pembangunan bagus. Lima tahun kemudian, bupati jelek karena praktik uang, saya jujur lho ini, pembangunannya mandek. Saya mikir kenapa Indonesia seperti berdansa ya, maju mundur maju mundur," kata dia disambut tawa undangan.
 
Simposium Kebangsaan dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Ketua MPR Zulkifli Hasan, mantan Ketua MK Mahfud MD, pimpinan lembaga negara, dan sejumlah kepala daerah.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ICH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan